KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Puji
syukur penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul geomorfologi
dan geologi pulau papua.
Pada kesempatan ini penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan beberapa pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini, izinkanlah penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yuli Ifana Sari,S.Pd sebagai dosen
pembimbing mata kuliah geomorfologi indonesia serta kedua orang tua yang selalu
memberikan dukungan dan bimbingan dan temen-teman yang berpatisipasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran pada semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi
penyusun khususnya dan bagi rekan-rekan mahasiswa yang lainnya pada umumnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Malang , 1 November 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang...................................................................................
1.2
Rumusan Masalah..............................................................................
1.3
Tujuan................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Geologi
Papua.......................................................................
2.2
GEOLOGI IRIAN JAYA
BAB I
A. Latar Belakang
Wilayah geologi Indonesia secara astronomis terletak antara 21oLU s/d 11o
LS dan 92o15’BT s/d 150o 46’ BT. Wilayah ini meliputi seluruh daerah Indonesia
secara politis/ administratif ditambah dengan Andaman Nikobar, Filipina, Papua
nugini, Jazirah Malaka, dan Kep. Krismast.
Keadaan geologi/ geomorfologi Indonesia sangat kompleks yang ditandai oleh
pengangkatan yang aktif dengan bentukan lahan yang sangat beragam. Keadaan
tersebut disebabkan oleh proses endogen (pengangkatan dan penurunan) serta
proses eksogen. Salah satu proses eksogen yang berpengaruh adalah iklim tropis
basah yang mempercepat terjadinya proses erosi, pelapukan, gerakan masa batuan
maupun denudasi. Dengan adanya kedua faktor tersebut (proses endogen dan
eksogen) yang terjadi di Indonesia maka geomorfologinya relatif konstan..
Salah satu wilayah yang menjadi kajian dalam geologi Indonesia yang sangat
kompleks ini adalah Irian. Irian adalah salah satu pulau terbesar di indonesia
yang memiliki ciri khas tersendiri. Mulai dari kenampakan yang ada di puylau
tersebut sehingga menghasilkan potensi-potensi daerah yang sangat beragam.
Melihat keadaan tersebut maka disin akan dijabarkan mengenai keadaan geologi
yang membentuk pulau irian dari berjuta-juta tahun yang lalu hingga saat ini
sehingga dapat dilihat sumberdaya alam yang sangat kaya yang berada di pulaiu
irian ini.Bahasannya mengenai Sistem Melanesia yang merupakan dasar pembentukan
pulau Irian yang berbentuk burung dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Makalah
ini berisi mengenai pembahasan yang mendalam mengenai keadaan geologi pulau
irian jaya mulai dari proses pembentukan pulau irian, perlapisan batuan yang
ada di irian hingga mendala struktur yang ada di pulau irian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
tektonik setting yang membentuk Irian?
2. Bagaimanakah
mendala struktur yang ada di irian jaya?
3. Bagaimanakah
perlapisan batuan yang ada di irian jaya?
4. Bagaimakah
keadaan geomorfologi pulau irian?
5. Bagaimanakah
pengembangan wilayah pulau irian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui
tektonik setting yang membentuk Irian.
2. Untuk mengetahui
mendala struktur yang ada di irian jaya.
3. Untuk mengetahui
perlapisan batuan yang ada di irian jaya.
4. Untuk mengetahui
keadaan geomorfologi pulau irian.
5. Untuk mengetahui
pengembangan wilayah pulau irian.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Sejarah Geologi Papua
Geologi Papua merupakan priode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang
pada tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada Zaman Karbon
sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air
tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan mengendapkan batuan klatik kuarsa,
termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan karbonat yang
ditutupi oleh Kelompok Batu gamping New Guinea yang berumur Miosen. Ketebalan
urutan sedimentasi ini mencapai 12.000 meter.
Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua,yang
merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur
Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa
fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benuamembentuk
Jalur Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo”Akibat lebih
lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) LempengPasifik ke tas
jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.
Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah
OrogenesaMelanesia yang berawal dipertengahan Miosen yang diakibatkan oleh
adanyatumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik.Hal ini
mengakibatkandeformasi dan pengangkatan kuat batuan sedimen Karbon-Miosen (CT),
danmembentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping New Guinea kini
terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur
ini dicirikan oleh sistem yang komplek dengan
kemiringan ke arah utara,sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan
kuat ataurebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan Orogenesa Melanesia
inidiperkirakan mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah.
Dari pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase berkembang baik
ke Utara maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan
pegununganmenghasilkan detritus yang diendapkan di cekungan-cekungan sehingga
mencapaiketebalan 3.000 - 12.000 meter.Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT
Freeport, menemukan paling tidak pernah
terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan Tengah. Secara umum,umur
magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan dari utara dengan polayang
dikenali oleh Davies (1990) di Papua Nugini.
Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai
dioritik,diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik
Derewo. Fase kedua magmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir
dalam Kelompok Kembelangan pada sisi Selatan Patahan Orogenesa MelanesiaDerewo
yang berumur Miosen Akhir sampai Miosen Awal. Magmatisme termudadan terpenting
berupa instrusi dioritik sampai monzonitik yang dikontrol olehsuatu patahan
yang aktif mulai Pliosen Tengah sampai kini. Batuan-Batuan intrusitersebut
menerobos hingga mencapai Kelompok Batugamping New Guinea, dimanaendapan
porphiri Cu-Au dapat terbentuk seperti Tembagapura dan OK Tedi diPapua Nugini.
Tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik yang terus
berlangsunghingga sekarang menyebabkan deformasi batuan dalam cekungan molase
tersebut.Menurut Smith (1990),sebagai akibat benturan lempeng Australia dan
Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang
kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan
perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen
danmineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat
-tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat
padalajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura
(Erstberg,Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa,
Dawagu, Mogo Mogo Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi,
Selatan Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga. Sementara didaerah
Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali Sute
1.2 Kondisi Fisiografi
Dalam
mengkaji kondisi geologi Irian, ada beberapa sub pokok bahasan yang meliputi
kondisi tektonik setting daerah irian, mendala srtruktur dan stratigrafi batuan
yang ada di pulau Irian. Berikut ini adalah gambaran umum mengenai lempeng
–lempeng yang mendasari benua dan lautan yang ada di dunia dan salah atunya
adalah irian jaya.
Berikut ini jabaran terperinci
mengenai kondisi geologi Irian:
1.4.1.
Tektonik Setting Pulau Irian
Setting Lempeng Tektonik Papua telah diulas oleh beberapa
ahli geologi seperti Dow dkk (1985), Smith (1990) dan Mark Closs (1990) dapat
dijadikan sebagai kerangka dalam menerangkan posisi dan sejarah tektonik.
Konfigurasi Tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara
Lempeng Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng
Australia yang bergerak keutara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat.
Dua lempeng utama inimempunyai sejarah evolusi yangdiidentifikasi yeng
berkaitan eratdengan perkembangan sari prosesmagmatik dan pembentukan busur
gunung api yang berasoisasi denganmineralisasi emas phorpir dan emasepithermal.
Menurut Smith (1990), perkembangan Tektonik Pulau Papua dapat dipaparkan
sebagai berikut:
a. Periode Oligosen sampai Pertengahan Miosen (35-5 JT)
Pada bagian belakang busur Lempeng kontinental
Australia terjadi pemekaran yang mengontrol proses sedimentasi dari Kelompok
Batugamping New Guinea selama Oligosen Awal Miosen dan pergerakan lempeng ke
arah utara berlangsung cepat dan menerus.
Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera Solomon
terjadi aktivitas penunjaman, membentuk perkembangan Busur Melanesia pada
bagian dasar kerak samudera selama periode 44 – 24 Juta Tahun yang lampau (JT).
Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek intrusi yang terjadi pada
Oligosen Awal Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan Bacan, Komplek Porphir
West Delta Kali Sute di Kepala Burung Papua. Selanjutnya pada Pertengahan
Miosen terjadi pembentukan ophiolit pada bagian tepi selatan Lempeng Samudera
Solomon dan pada bagian utara dan Timur Laut Lempeng Australia. Kejadian ini
membentuk Sabuk Ofiolit Papua dan pada bagian kepala Burung Papua diekspresikan
oleh adanya Formasi Tamrau.
Pada Akhir Miosen terjadi aktivitas penunjaman
pada Lempeng Samudera Solomon ke arah utara, membentuk Busur Melanesia dan ke
arah selatan masuk ke lempeng Australia membentuk busur Kontinen Calc Alkali
Moon Utawa dan busur Maramuni di New Guinea.
b. Periode Miosen Akhir
Sampai Plistosen (15 – 2 JTL)
Mulai dari Miosen Tengah bagian tepi utara
Lempeng Australia di New Guinea sangat dipengerahui oleh karakteristik
penunjaman dari Lempeng Solomon. Pelelehan sebagian ini mengakibatkan
pembentukan Busur Maramuni dan Moon-Utawa yang diperkirakan berusia 18 – 7 Juta
Tahun. Busur Vulkanik Moon ini merupakan tempat terjadinya prospek emas sulfida
ephitermal dan logam dasar seperti di daerah Apha dan Unigolf, sedangkan
Maramuni di utara, Lempeng Samudera Solomon menunjam terus di bawah Busur
Melanesia mengakibatkan adanya penciutan ukuran selama Miosen Akhir.
Pada 10 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng
Australia terus berlanjut dan pengrusakan pada Lempeng Samudra Solomon terus
berlangsung mengakibatkan tumbukan di perbatasan bagian utara dengan Busur
Melanesia. Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal busur kepulauan Gunung
Api dan sedimen depan busur membentuk bagian Landasan Sayap Miosen seperti yang
diekspresikan oleh Gunung Api Mandi di Blok Tosem dan Gunung Api Batanta dan
Blok Arfak.
Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan
berbentuk sutur antara Busur Melanesia
dan bagian tepi utara Lempeng Australia yang
diduduki oleh Busur Gunung Api Mandi dan Arfak terus berlangsung terus hingga
10 juta tahun
yang lalu dan merupakan akhir dan penunjaman dan
perkembangan dari busur Moon Utawa. Kenampakan seperti jahitan ditafsirkan dari
bentukan tertutup dari barat ke timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen,
dan Ramu Zona Patahan Markam.
Pasca tumbukan gerakan mengiri searah kemiringan
ditafsirkan terjadi sepanjang Sorong, Yapen, Bintuni dan Zona Patahan Aiduna,
membentuk kerangka tektonik di daerah Kepala Burung. Hal ini diakibatkan oleh
pergerakan mencukur dari kepala tepi utara dari Lempeng Australia. Kejadian
yang berasosiasi dengan tumbukan busur Melanesia ini menggambarkan bahwa pada
Akhir Miosen usia bagian barat lebih muda dibanding dengan bagian timur.
Intensitas perubahan ke arah kemiringan tumbukan semakin bertambah ke arah
timur. Akibat tumbukan tersebut memberikan perubahan yang sangat signifikan di
bagian cekungan
paparan di bagian selatan dan mengarahkan
mekanisme perkembangan Jalur Sesar Naik Papua. Zona Selatan tumbukan yang
berasosiasi dengan sesar searah kemiringan konvergensi antara pergerakan ke
utara lempeng Australia dan pergerakan ke barat lempeng Pasifik mengakibatkan
terjadinya resultante NE-SW tekanan deformasi. Hal itu mengakibatkan pergerakan
evolusi tektonik Papua cenderung ke arah Utara – Barat sampai sekarang.
Kejadian tektonik singkat yang penting adalah
peristiwa pengangkatan yang diakibatkan oleh tumbukan dari busur kepulauan
Melanesia. Hal ini digambarkan oleh irisan stratigrafi di bagian mulai dari
batuan dasar yang ditutupi suatu sekuen dari bagian sisi utara Lempeng Australia
yang membentuk Jalur Sesar Naik Papua. Bagian tepi utara dari jalur sesar naik
ini dibatasi oleh batuan metamorf dan teras ophilite yang menandai kejadian
pada Miosen Awal. Perbatasan bagian selatan dari sesar naik ini ditandai oleh
adanya batuan dasar Precambrian yang terpotong di sepanjang jalur Sesar Naik.
Jejak mineral apatit memberikan gambaran bahwa terjadi peristiwa pengangkatan
dan peruntuhan secara cepat pada 4 – 3,5 juta tahun yang lalu (Weyland,
1993). Selama Pliosen (7 – 1 juta tahun yang lalu) Jalur lipatan papua
dipengaruhi oleh tipe magma I suatu tipe magma yang kaya akan komposisi
potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai
ekonomi di Ersberg dan Okeitadi.
Selama pliosen (3,5 – 2,5 JTL) intrusi pada zona
tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian pemekaran sepanjang
batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon dari peningkatan beban
tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang diakibatkan oleh adanya
pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan sedimen yang menutupi
landasan dari Blok Kemum.
Menurut (Smith 1990), Sebagai
akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan
batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya
telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya
mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan
emas dan perak. Tempat – tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi
diperkiraakan terdapat pada lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek
Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu,
Komopa – Dawagu, Mogo-Mogo Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai,
Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga.
Sementara itu dengan adanya busur kepulauan
gunungapi (Awewa Volkanik Group) yang terdiri dari :Waigeo Island (F.Rumai)
Batanta Island (F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak Volc), Yapen
Island (Yapen Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), memungkinkan terdapatnya
logam emas.
1.4.2.
Stratigrafi Irian Jaya
Geologi Irian Jaya
secara garis besar dibedakan ke dalam tiga kelompok batuan penyusan utama
yaitu: (a) batuan kraton Australia; (b) batuan lempeng pasifik; dan (c) batuan
campuran dari kedua lempeng (gb.1 ,daerah 3). Litologi yang terakhir ini batuan
bentukan dari orogenesa Melanesia. Batuan yang berasal dari kraton Australia
terutama tersusun oleh batuan alas, batuan malihan berderajat rendah dan tinggi
sebagian telah diintrusi oleh batuan granit di sebelah barat, batuan ini
berumur palaezoikum akhir, secara selaras ditindih oleh sedimen paparan
mesozoikum dan batuan sedimen yang lebih muda , batuan vulkanik dan batuan
malihan hingga tersier akhir. (dow, drr,1985). Singkapan yang baik dan menerus
dapat diamati sepanjang daerah batas tepi. Utara dan pegunungan tengah.
Batuan lempeng
pasifik umumnya lebih muda dan tersusun terutama oleh batuan ultrabasa, tuf
berbutir halus dan batuan sedimen laut dalam yang diduga berumur jura batuan
mesozoikum lainnya yang berasal dari kerak samudera seperti batuan ultramafik
(kompleks ofiolit) dan batuan plutonik berkomposisi mafik. Kelompok batuan ini
tersungkupkan dan terakrasikan di atas kerak kontinen Australia karena bertumbukan
dengan lempeng pasifik. Keadaan ini membentuk pola pegunungan kasar di daerah
pegunungan tengah bagian utara. Jalur ofiolit membantang kearah timur barat
sejauh 400 km dan lebih dari 50 km lebar (dow dan sukamto,1984, lihat
stratigrafi.
1.4.3.
Mendala struktur daerah
irian jaya
A.
Irian jaya bagian tirur
Jalur Sesar Naik New Guinea
(JSNNG)
(JSNNG) merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat
luas, terutama di daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi
seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur New Guinea yang menerus kearah
barat dan dikenal sebagai jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT). Zona
JSNNG-JSNPT merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan pasifik.
Lebih dari setengah bagian selatan New guinea ini dialasi oleh batuan yang tak
terdeformasikan dari kerak benua. Zone JSNPT, di utara dibatasi oleh sesar
yapen, sesar sungkup mamberamo. Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli
dan di selatan oleh sesar naik foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG
ini diduga aktif sebelum orogen melanesia.
Jalur sesar naik pegunungan
tengah (JSNPT)
JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat
dengan panjang 100 km, menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya.
Batuannnya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasikan sangat kuat. Sesar
sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur perm, batuan penutup berumur
mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal yang berumur tersier awal ke arah
selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi
yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping new guinea dengan ketebalan
mencapai 2000 m.
Sesar sungkup JSNPT
dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan kuat dengan komponen
utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis
antiklin dengan kemiringan curam bahkan sampai mengalami pembalikan
(overtuning). Proses ini juga menghasilkan sesar balik yang bersudut lebar
(reserve fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada awal pliosen
ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT. Periode ini juga menandai kerak yang
bergerak ke arah utara.membentuk sesar sungkup. Mamberamo (the mamberamo thrust
belt) dan mengawali alih tempat gautier (the gautier offset).
Jalur sesar naik mamberamo
Jalur sesar ini
memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak dan sesar geser
(shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo dan batuan
kerak pasifik yang ada di bawahnya. William, drr (1984) mengenali daerah luas
dengan pola struktur tak teratur. Di sepanjang jalur sesar sungkup dijumpai
intrusi poton-poton batuan serpih (shale diapirs) dengan radius seluas 50 km,
hal ini menandakan zona lemah (sesar). Poton-poton lumpur ini biasanya
mempunyai garis tengah beberapa kilometer, umumnya terdiri dari lempung terkersikkan
dan komponen batuan tak terpilahkan dengan besar ukuran fragmen beberapa
milimeter hingga ratusan meter. Sekarang poton lumpur ini masih aktif dan
membentuk teras-teras sungai.
B.
Irian jaya barat
Zona sesar sorong
Batas lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat
berupa sesar mengiri yang dikenal dengan sistem sesar Sorong-Yapen . Zona sesar
ini lebarnya 15 km dengan pergeseran diperkirakan mencapai 500 km (dow,
drr.,1985). Sesar ini dicirikan oleh potongan-potongan sesar yang tidak teratur,
dan dijumpai adanya bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat dikenali
sebagai batuan bancuh. Zone sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh kerak
kontinen tinggian kemum dan sedimen cekungan selawati yang juga menindih kerak
di bagian barat. Di utara sesar geser ini ditutupi oleh laut, tetapi di pantai
utara menunjukkan harga anomali positif tinggi.
Hal ini menandakan
bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak samudera. lima kilometer kearah
barat daya batuan kerak pasifik tersingkap di pulau Batanta, terdiri dari lava
bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan.
Perederan beberapa
ratus kilometer dari zona sesar Sorong-Yapen pertama kali dikenal oleh Visser
Hermes (1962). Adalah sesar mengiri dan berlangsung sejak Miosen Tengah.
Kejadian ini didukung oleh bergesernya anggota batu serpih formasi Tamrau
berumur Jura-Kapur yang telah terseret sejauh 260 km dari tempat semula yang
ada disebelah timurnya (lihat pergeseran sesar Wandamen dibagian Timur) dan
hadirnya blok batuan vulkanik alih tempat (allochtonous) yang berumur Miosen
Tengah sejauh 140 km di daerah batas barat laut Pulau Salawati (Visser &
Hermes, 1962)
Zona Sesar Wandamen
Sesar Wandamen (Dow,1984) merupakan kelanjutan dari belokan
Sesar Ransiki ke Utara dan membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung
memanjang ke Barat daya pantai sasera, dan dari zona kompleks sesar yang
sajajar dengan leher burung. Geologi daerah Zona Sesar Wandamen terdiri dari
batuan alas berumur Paleozoikum Awal, batuan penutup paparan dan batuan
sediment yang berasal dari lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona
dislokasi dengan lebar sampai ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar
sangat curam dan zona perlipatan isoklinal.
Perubahan zona arah
sesar Wandamen dari Tenggara ke Timur di tandai bergabungnya sesar-sesar
tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat (allochtonous)
yang tidak luas tersusun oleh batuan sedimen mezozoic. Diatas satuan ini
diendapkan kelompok batu gamping New Guenia. Jalur sesar Wandamen dan Sesar
Sungkup lainya di zona ini merupakan bagian dari barat laut JSNPT.
Jalur Lipatan Lengguru (Lengguru
Fold Belt)
Jalur Lipatan lengguru (JLL) adalah merupakan daerah
bertopografi relative rendah jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas
muka laut. Daerah ini dicirikan oleh pegunungan dengan jurus yang memenjang
hingga mencapai 50 km, batuanya tersusun oleh batu gamping New Guenia yang
resistan. Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung dengan
panjang 3000 km dan lebar 100 km dibagian paling selatan dan lebar 30 km
dibagian utara. Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan sediment klastik
Mesozoikum yang secara selaras ditindih oleh batu gamping New Guenia (Kapur
awal miosen). Batuan penutup ini telah mengalami penutupan dan tersesar kuat.
Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin deformation berarah barat laut
dan hampir searah dengan posisi leher burung. Intensitas perlipatan tersebut
cenderung melemah kea rah utara zona perlipatan dan meningkat kearah timur laut
yang berbatasan dengan zona Sesar Wandemen (Dow, drr.,1984)
JLL adalah thin
slab kerak benua yang telah tersungkup-sungkup kan kearah barat daya diatas
kerak benua Kepala Burung (Subduksi menyusut = oblique subduction). Jalur ini
telah mengalami rotasi searah jarum jam (antara 75-80). Porsi bagian tengah
dari JLL ini terlipat kuat sehingga menimbulkan pengerutan. Dow drr (1985)
menyarankan pengkerutan kerak (crustal shortening) ini sebesar 40-60 km.
diperkirakan proses pemendekan tersebut masih berlangsung hingga sekarang.
Jalur JLL di sebelah timur dibatasi oleh Sesar Wandamen di selatan oleh sesar
Tarera Aiduna dan dibagian barat oleh sesaar aguni. Hal ini dapat menutup
kemungkinan bahwa jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon jenis struktur yang
melibatkan batuan alas akibat gaya berat memampat
a.
Tubuh burung: didominasi struktur berarah barat-baratlaut
sepanjang Central Range.
Diakhiri sesar
mendatar berarah Barat-Timur. Didominasi oleh pegunungan tengah masif dan
central range. Daratan di sebelah utara berupa cekungan intramountain yang
dinamakan Meervlakte yang dibatasi di bagian utara oleh pegunungan yang
dibentuk oleh metamorfisme dengan relief yang sedang.
Central range:
berupa plateau dengan lebar sampai dengan 100 km yang memanjang dari danau
Paniai di barat sampai daerah perbatasan Papua Nugini. Dilihat dari peta
geologi, terlihat bahwa sebagian besar terdiri dari batuan yang terlipat dan
Grup Batuganping Nugini.
Glasiasi: gejala
erosi glasiasi berupa cirques dan lembah berbentuk U. Banyak ditemui moraines
di bagian utara main range dan mungkin juga diendapkan di sayap selatan tetapi
sudah terpindahkan oleh erosi yang intensif di daerah yang terjal.
Danau Paniai:
dibentuk oleh sesar dan berasosiasi dengan bidang perlengkungan yang membendung
air dari sungai Jawee.
Pegunungan Ofiolit:
terletak di antara Central Range dan Meervlakte berkomposisi batuan plutonik
basa dan ultra basa sepanjang lebih dari 300 km.
Meervlakte:
merupakan cekungan intramountain dan dataran aluvial sepanjang 300 km dan lebar
50 km yang mengalami subsiden aktif sejak Miosen Tengah sampai sekarang, dengan
kecepatan subsiden lebih cepat daripada sedimentasi Umumnya berupa swamp yang
disalurkan oleh sungai Idenburg dan meander Ruffaef
B. Leher burung: ditandai dengan
perubahan arah struktur dari barat timur (tubuh) menjadi N-NW (leher).
Lengguru Fold Belt: punggungan membentuk
sabuk yang umumnya tersesarkan dan berupa antiklin.
Semenanjung Wandamen: adalah bagian utara
dekat punggungan batuan metamorf. Punggungan memiliki sistem drainase tertutup
mengikuti sayap punggungan.
Weyland Range: berupa pegunungan masif yang
menghubungkan bagian leher dengan tubuh burung.
C. Kepala burung: terdiri dari
batuan metamorf dan batuan granit. Bagian batuan metamorf terpotong di bagian
utara dan NE oleh lembah linier bidang erosi di Sorong dan sesar Ransiki.
struktur sesar berarah barat-timur
Secara geomorfologi di bagi
menjadi:
Satuan morfologi perbukitan: daerah tengah
dan utara, penampakan morfologi: bagian yang bergelombang.
Satuan morfologi perbukitan dengan pola
kelurusan dan gua-gua: bagian tengah peta, berupa karst.
Satuan morfologi dataran: daerah datar
hingga agak bergelombang lemah dengan ketinggian kurang dari 100 m dpl.
Geologi Irian Jaya dapat dibagi
menjadi 3 mandala geologi utama, yaitu Kontinental, Oceanik dan Transisional.
Mandala Kontinental tersusun atas sedimen
kraton Australia
Mandala Oceanik tersusun atas batuan
ofiolit dan kompleks volkanik busur kepulauan sebagai bagian dari Lempeng
Pasifik.
Mandala Transisional merupakan daerah yang
mengandung batuan metamorf regional dan terdeformasi kuat, sebagai produk
interaksi antara dua lempeng.
Secara litotektonik, Irian dapat
dibagi menjadi 4 mandala, yaitu:
New Guinea foreland/foreland basin (Arafura
Platform): mencakup Laut Arafura dan dataran pantai selatan yang terletak pada
Lempeng Australia. Terdiri dari sedimen Pliosen marin dan non-marin yang tidak
termetamorfkan dan sedimen Holosen silisiklastik yang menutupi karbonat
Kenozoikum dan batuan silisiklastik Mesozoikum.
Jalur perlipatan dan sesar naik Central
Range: tersusun atas jalur orogenik yang memanjang Barat-Timur. Jalur
perlipatan dan sesar naik melibatkan batuan Paleozoikum sampai Tersier yang
berasal dari benua Australia.
Jalur metamorfik Ruffaer dan jalur ofiolit:
jalur ofiolit Irian Jaya dan jalur metamorfik Ruffaer dipisahkan oleh jalur
sesar, jalur ofiolit Irian Jaya ditutupi oleh aluvium yang berasal dari Depresi
Meervlakte.
Kompleks busur kepulauan Melanesia.
(Depresi Meervlakte/cekungan pantai utara dan Jalur sesar naik Mamberamo).
Ada 3 model struktur dan
tektonisme yang diajukan untuk menjelaskan tentang Irian Jaya:
Model pembalikan polaritas subduksi
(pembalikan busur) (Dewey and Bird, 1970; Hamilton, 1979; Milsom, 1985; Dow et
al. 1988; Katili, 1991)yang menyatakan bahwa lempeng benua Australia menunjam
ke arah utara, diikuti tumbukan (collision) dan penunjaman Lempeng Pasifik ke
arah selatan pada Palung New Guinea.
Model Zippering (Ripper and McCue, 1983;
Cooper and Taylor, 1987)yang menyatakan bahwa di bagian timur pulau Irian,
terdapat dua subduksi lempeng samudera yang merupakan kemenerusan ke arah barat
dari subduksi lempeng Solomon.
Model perubahan sudut penunjaman yang
menyatakan bahwa subduksi Lempeng Australia berubah sudut penunjaman menjadi
vertikal tanpa pembalikan arah subduksi.
Persamaan ketiga model tersebut
di atas adalah bahwa semua menyatakan bahwa bagian selatan dari Pulau Irian
disusupi oleh batas lempeng pasif utara dari benua Australia yang mengandung
sedimen tebal dari sedimen silisiklastik Mesozoikum berubah secara berangsur
menjadi lapisan karbonat Kenozoikum.
Sedangkan perbedaan utama yang
terjadi adalah peristiwa tumbukan dengan busur kepulauan.
Berdasarkan perubahan dari sedimentasi
karbonat menjadi sedimentasi klastik yang luas akibat pengangkatan orogenesis,
tumbukan berawal sejak Miosen Akhir. (Visser and Hermes, 1966; Dow and Sukamto,
1984; Dow et al., 1988)
Berdasarkan umur batuan metamorf pada Papua
Nugini, tumbukan berawal sejak Oligosen Awal (Pigram et al., 1989; Davies,
1990)
Untuk menjelaskan hal ini, Dow et al.,
1988; mengajukan kemungkinan bahwa Irian merupakan hasil dari dua tumbukan yang
berbeda antara kontinen dan busur kepulauan, yaitu selama Oligosen dan selama
Miosen (Orogenesis Melanesia)
Quarles van Ufford, 1996 mengajukan
kemungkinan bahwa pada Pulau Irian terjadi dua peristiwa orogenesis yang
berbeda secara ruang dan waktu.
Orogenesis Kepulauan pada Eosen-Oligosen
terjadi pada daerah Ekor Burung pada bagian paling Timur dari Pulau Irian
(Nugini). Pembentukan dan erosi yang tercatat selama Oligosen dan sedimen
klastik yang lebih muda pada Aure Trough.
Orogenesis Central Range dimulai pada
Miosen Tengah dan menyebabkan penyebaran sedimen klastik yang luas. Orogenesis
ini dibagi menjadi tahap sebelum tumbukan dan tahap tumbukan. Tahap sebelum
tumbukan berkaitan dengan metamorfisme pada sedimen batas pasif, sedangkan
tahap tumbukan terjadi ketika pengapungan (buoyancy) litosfer Australia
menghentikan subduksi, deformasi melibatkan basement kristalin dari lempeng
benua Australia. Dilaminasi tumbukan terjadi antara 7-3 juta tahun yang lalu,
menyebabkan aktivitas magma tahap akhir dan pengangkatan pegunungan sebanyak
1-2 km. Proses ini memicu pergerakan sesar mendatar mengiri dengan arah
Barat-Timur yang mendominasi tektonik resen pada Pulau Irian bagian Barat.
Secara umum struktur regional
Irian Jaya dapat dibagi menjadi 3 zona struktur, yaitu:
Tubuh Burung: didominasi oleh struktur
berarah Barat-Barat Laut sepanjang Central Range (Jalur Mobil Nugini). Diakhiri
oleh sesar mendatar dengan arah Barat-Timur (Zona Sesar Tarera-Aiduna, TAFZ)
pada Leher Burung.
Leher Burung: didominasi oleh struktur
berarah Utara- Barat Laut (Jalur Perlipatan Lengguru, LFB), yang berhenti pada
tinggian Kemum pada daerah Kepala Burung.Kepala Burung: didominasi oleh
struktur sesar berarah Barat-T
I.
Kesimpulan
Secara struktur geologi wilayah papua adalah suatu wilayah yang sangat
besar potensi terutama dibidang pertambangan hal ini dapat dilihat dari
prospek beberapa wilayah di Papua yang
banyak terdapat Au (emas), Ag (perak) &Cu(tembaga) yang terdapat di
daerah-daerah yang telah kami sampai kan di atas.Melihat kerumitan dari
struktur tektonik dari pulau ini dimana pulau ini terdapat banyak sekali
patahan dan gejala tektonik. Jika melihat sejarah dari pulau Papua ini, pulau
ini telah mengalami banyak sekali proses geologi Dan masih banyak lagiyang
tidak kita ketahui dari papua itu sendiri.
II.
Saran
Kebanyakan Ilmuwan yang meneliti struktur geologi ataupun tektonik di
papua adalah berasal dari luar negeri sedangkan jarang ada ilmuwan yang
berasaldari Indonesia sendiri, barang-barang tambang di indonesia pun banyak
dikelolaoleh bangsa-bangsa asing dan Indonesia sangat dirugikan maka
Indonesiaseharusnya kembali mengkaji lebih dalam tentang struktur bumi Papua
sehinggakita dapat mengelola kekayaan alam kita sendiri terutama potensi alam
yang ada di bumi Papua.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertambangan dan Energi Provinsi
Papuawww.deptamben.go.idcopyright © 2004 dinas pertambangan dan energi provinsi
papualast modified: desember 11, 2004
www.edward-jz.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar