BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa
Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan
organik. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme,
membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal
sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam
yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap
horizon menceritakan mengenai asal dan proses-prosesfisika, kimia, dan biologi
yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
1.2.Permasalahan
Dari materi tentang tanah ini, munculah berberapa masalah antara lain
:
a. Apa yang dimaksud dengan tanah
b. Apa yang dimaksud dengan profil tanah
c. Bagaimana tekstur tanah
d. Apa saja jenis-jenis tanah
e. Apa manfaat tanah
f.
Apakah pengaruh tanah terhadap
kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tanah
1.
Pendekatan Geologi (Akhir Abad XIX)
Tanah: adalah
lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan
partikel halus).
2.
Pendekatan Pedologi (Dokuchaev 1870)
Pendekatan Ilmu
Tanah sebagai Ilmu Pengetahuan Alam Murni. Kata Pedo =i gumpal tanah.
Tanah: adalah bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu
Tanah: adalah bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu
3.
Pendekatan Edaphologis (Jones dari Cornel University Inggris)
Kata Edaphos =
bahan tanah subur. Tanah adalah media
tumbuh tanaman
Perbedaan
Pedologis dan Edaphologis
1.
Kajian Pedologis:
Mengkaji tanah
berdasarkan dinamika dan evolusi tanah secara alamiah atau berdasarkan
Pengetahuan Alam Murni. Kajian ini meliputi:
Fisika Tanah, Kimia Tanah, Biologi tanah, Morfologi Tanah, Klasifikasi Tanah,
Survei dan Pemetaan Tanah, Analisis Bentang Lahan, dan Ilmu Ukur Tanah.
2.
Kajian Edaphologis:
Mengkaji tanah
berdasarkan peranannya sebagai media tumbuh tanaman. Kajian ini meliputi:
Kesuburan Tanah, Konservasi Tanah dan Air, Agrohidrologi, Pupuk dan Pemupukan,
Ekologi Tanah, dan Bioteknologi Tanah.
Paduan antara
Pedologis dan Edaphologis:
Meliputi kajian:
Pengelolaan Tanah dan Air, Evaluasi Kesesuaian Lahan, Tata Guna Lahan,
Pengelolaan Tanah Rawa, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Definisi Tanah
(Berdasarkan Pengertian yang Menyeluruh)
Tanah adalah
lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh &
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman
obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
B. Profil Tanah
Profil tanah merupakan kumpulan berbagai macam lapisan tanah.
Horison-horison tanah diberi tanda dengan huruf, dari lapisan atas sampai
dibawah dengan huruf : O, A, B, C dan R. Horison O adalah profil tanah bagian
atas yang terdiri dari seresah tanah atau bahan organik tanah yang masih segar,
lapisan ini merupakan guguran dari daun-daun dan ranting pohon yang menutupi
lapisan atas tanah. Bagian horison O merupakan horison "Organik" yang
terdiri dari beberapa lapisan L = litter, F = Fermentation, dan H = Humus.
Horison A
merupakan hasil pelapukan dari horison O, disini terjadi pelarutan unsur-unsur
hara dan senyawa lain yang dibawa air infiltrasi ke lapisan dibawahnya. Terjadi
proses leaching yaitu proses pencucian unsur hara oleh air.
Horison B
merupakan horison yang miskin bahan organik. Kegiatan mikrobia hampir tidak
ada, lebih padat dan warnannya lebih merah. Sebagai horison akumulasi
unsur-unsur hara dan senyawa-senyawa horison pencucian yang tercuci.
Horison C adalah
horison yang terdiri dari bahan induk tanah, merupakan batuan yang sebagian
sudah mengalami pelapukan.
Bagian terakhir
adalah R atau Rock merupakan batu-batuan lapisan keras yang sulit untuk
ditembus.
C. Karakteristik
Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan yang melapuk dan
mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini tidak
ada yang lebih tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa Pleistosen.
Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik
dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan
sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol/humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik
yang terdegradasi.
Tanah organik berwarna hitam dan merupakan
pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung
beberapa asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan
makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air
namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan
memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian optimum.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, lanau (debu), dan lempung. Tanah pasiran didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh
lempung. Tanah dengan komposisi pasir, lanau, dan lempung yang seimbang dikenal
sebagai geluh (loam).
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling
mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam,
coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat
memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat
proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau
gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena
pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya
disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses
kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan
suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi[1].
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara
agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase:
fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang
antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun
ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik
bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori
berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki
agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah
menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
D. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah banyaknya setiap bagian tanah menurut ukuran
partikel-partikelnya ditentukan oleh besarnya butiran tanah. Sehingga
pengertian dan definisinya adalah perbandingan antara banyaknya liat, lempung
dan pasir yang terkandung dalam tanah.
Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah
keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan
komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah.
Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter
paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat
dengan ukuran < 0.002 mm.
Maka dapat terjadi bahwa pada suatu tanah, butiran pasir merupakan
penyusun yang dominan, pada kasus lain liat merupakan penyusun tanah yang
terbesar. Sebaliknya pada tempat lain, kandungan pasir, liat dan lempung
terdapat sama banyaknya.
Perbandingan tersebut akan mudah terlihat pada grafik segitiga.
Setiap kaki segitiga menggambarkan suatu fraksi ukuran butir-butir
tanah :
- Pasir berukuran 2 mm - 20 mµ
- Lempung berukuran 20 mµ - 2 mµ
- Liat kurang dari 2 mµ.
Sesuai dengan klasifikasi USDA (The United States Department of
Agriculture) butiran atau partikel tanah dikelompokan dalam :
- Sand : > 0.05 mm
- Silt : 0.002 - 0.05 mm
- Clay: < 0.002 mm
Name of soil
separate
|
|
Clay
|
less than
0.002
|
Silt
|
0.002–0.05
|
Very fine sand
|
0.05–0.10
|
Fine sand
|
0.10–0.25
|
Medium sand
|
0.25–0.50
|
Coarse sand
|
0.50–1.00
|
Very coarse
sand
|
1.00–2.00
|
Menurut
tempatnya dalam segitiga ini dapat dibaca teksturnya. Maka tekstur berarti
perbandingan antara banyaknya liat, lempung dan pasir, yang dalam garis besarnya
lebih dari :
- 30% liat adalah tanah liat
- 35% lempung adalah tanah lempung
- 60% pasir adalah tanah pasir.
Dari ketiga
bagian liat, lempung dan pasir jika hanya satu bagian saja belum dapat
mencerminkan jenis tanah. Lazimnya disebut dua bagian tanah yang terpenting.
misalnya : tekstur liat berpasir, pasir berlempung dan seterusnya. dimana
bagian yang terbanyak disebut lebih dahulu.
Pada segitiga
tidak menyebutkan kandungan pasir dan bahan organik, walaupun kapur dan bahan
organik sangat ikut menentukan sifat-sifat tanah. Jika kandungan ini besar maka
perlu disebut juga, misalnya tanah mengandung 20% liat dan 10-30% kapur;
selanjutnya disebut tanah liat berkapur.
Bila setiap
bagian merupakan perbandingan yang merata, disebut tanah yang baik. Umpamanya saja
mengandung 50-70% pasir (halus dan kasar), 10-15% lempung, 5-10% liat, 1-5%
kapur, 3-5% bahan organik.
Tekstur tanah
merupakan dasar dari kebanyakan sifat-sifat tanah. Susunan menurut besarnya
butir-butir suatu jenis tanah biasanya dilihat pada grafik segitiga. Menurut
besarnya tersusun dari butir-butir pasir 60%, lempung 15% dan liat 25%.
E. Jenis – Jenis
Tanah
Indonesia
adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang
berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.
Tanah Organosol
Tanah ini terjadi
akibat pelapukan bahan-bahan organik. Tanah ini biasanya bersifat subur.
Organosol terbagi menjadi 2 yaitu :
·
Tanah
Gambut merupakan tanah hasil pembusukan yag
tidak sempurna dari di daerah yang kadang-kadang tergenang oleh air (rawa).
Tanah ini kurang baik untuk pertanian karena sifatnya yang terlalu basah
(tergenang air). Jenis tanah ini banyak terdapat di daerah kalimantan Barat,
Pantai timur sumatera, dan pantai selatan Barat Papua.
·
Tanah Humus merupakan tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik yang mempunyai sifat
sangat subur. Tanah ini berwarna kecoklatan dan cocok di tanami tanaman padi,
kelapa, dan nanas. Tanah jenis ini banyak terdapat di daerah Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
2.
Tanah Vulkanik
Tanah ini terjadi
akibat pelapukan abu vulkanik dari gunung berapi. Tanah jenis ini dibagi
menjadi 2, yaitu :
·
Regosol merupakan tanah dengan ciri ciri : berbutir kasar, berwarna kelabu
sampai kuning dan sedikit berbahan organik. Jenis tanah ini sangat cocok untuk
menanam tanaman palawija seperti ketela, jagung dll. Tanah ini banyak terdapat
di daerah Sumatera, Jawa, dan Papua.
·
Latosol merupakan tanah dengan ciri-ciri mempunyai warna merah hingga kuning.
Kandungan bahan organiknya sedang. Jenis tanah ini cocok untuk menanam tanaman
palawija, padi ketela dll. Tanah latosol banyak di jumpai di daerah Sumatera,
Jawa, Bali, dan Papua.
3.
Tanah Aluvium (aluvial)
Tanah aluvium merupakan tanah
yang diendapkan dari hasil erosi di dataran rendah. Jenis tanah ini mempunyai ciri-ciri
berwarna kelabu dan subur Tanaman yang cocok ditanam di tanah jenis ini adalah
palawija, tebu,kelapa, tembakau dll. Tanah jenis ini banyak ditemukan didaerah
Sumatera bagian timur, Jawa bagian utara dan kalimantan bagian selatan dan
barat.
4.
Tanah Podzol
Tanah ini terbentuk
akibat curah hujan yang tinggi dan suhunya yang rendah. Tanah ini mempunyai
ciri-ciri yaitu miskin akan unsur hara, tidak subur dan berwarna merah sampai
kuning. Tanah jenis ini cocok untuk tanaman kelapa dan jambu mente. Tanah jenis
ini banyak terdapat di daerah dataran tinggi jawa barat, sumatera, maluku,
kalimantan dan puapua.
5.
Tanah Laterit
Tanah Laterit merupakan tanah
hasil cucian, kurang subur karena kehilangan unsur hara dan tandus. Awalnya
tanah ini subur, namun karena unsur haranya dilarutkan oleh air maka menjadi
tidak subur. Warna tanah ini kekuningan sampai merah dan cocok untuk tanaman
kelapa dan jambu mente. Tanah jenis ini banyak terdapat di daerah Jawa Tengah.
Lampung, Jawa Barat.
6.
Tanah Litosol
Tanah litosol adalah hasil
pelapukan batuan beku dan batuan sedimen yang baru terbentuk sehingga mempunyai
butiran yang besar. Ciri-ciri tanah jenis ini adalah miskin akan unsur hara dan
mineralnya masih terikat pada butiran yang besar-besar. Tanah litosol kurang
subur sehingga tanaman yang cocok dengan tanah ini adalah tanaman-tanaman yang
besar di hutan. Jenis tanah
ini banyak terdapat di Sumatera, jawa , maluku, dan nusa tenggara.
7.
Tanah Kapur
Tanah kapur merupakan jenis
tanah
akbiat dari pelapukan batuan kapur. Jenis tanah ini dibagi menjadi 2, yaitu :
·
Renzina merupakan tanah hasli pelapukan batuan kapur di daerah dengan curah
hujan tinggi. Tanah ini mempunyai ciri-ciri berwarna hitam dan miskin akan
unsur hara. Tanah renzina banyak terdapa di daerah kapur gunung kidul
(yogyakarta).
·
Mediteran merupakan tanah dari hasil pelapukan batuan kapur keras dan bauan
sedimen. Warna tanah ini kemerahan hingga coklat. Jenis tanah ini Cocok untuk
tanaman palawija.
8.
Tanah pasir merupakan tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang
terbentuk dari batuan beku dan batuan sedimen dengan butiran sangat kasar dan
berkerikil. Jenis tanah ini banyak di jumpai dimana-mana.
Pada awalnya jenis tanah dikalsifikasikan berdasarkan prinsip
zonalitas, yaitu :
·
Tanah
zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi.
·
Tanah
intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama
bahan induk dan relief.
·
Tanah
azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan dianggap
sebagai awal proses pembentukan tanah.
Kemudian
dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah
(taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State
Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan
dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat
alami berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang
dipengaruhi oleh proses genesis. Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan
sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah dibedakan atas enam kategori
yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family dan seri. Pada edisi
Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Keduabelas ordo
tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols,
Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols.
1.
Alfisols. Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon
argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak
kering. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog,
podsolik merah kuning dan planosols.
2.
Andisols. Merupakan jenis tanah yang ketebalannya
mencapai 60%, mempunyai sifat andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini
adalah tanah andosol.
3.
Aridisol. Tanah yang berada pada regim kelengasan
arida atau tanah yang rgim kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen
dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).
4.
Entisols. Tanah yang belum menunjukkan perkembangan
horizon dan terjadi pada bahan aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan
jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol dn tanah glei humus rendah.
5.
Gelisols. Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan
organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di Indonesia
6.
Histosols. Tanah yang mengandung bahan organik dari
permukaan tanah ke bawah, paling tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah bog dan tanah gambut.
7.
Inceptisols. Merupakan jenis tanah di wilayah
humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya
iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan
jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei humik dan glei humik rendah.
8.
Mollisols. Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon
molik di wilyah stepa. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah brunizem, tanah rendzina.
9.
Oxisols. Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman
kurang dari 2 meter dari permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis
tanah ini adalah jenis tanah laterik.
10. Spodosols. Tanah yang memiliki
horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang ekuivalen dengan
jenis tanah ini adalah podsolik.
11. Ultisols. Tanah yang
memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%) yang menurun
sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut dibentangan
lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.
12. Vertisols. Tanah lempung
yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan yang
lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
grumosol.
Di
Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols,
Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols.
Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang
mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto, 2005).
F. Manfaat Tanah
Manfaat
tanah dalam kehidupan bukan saja untuk manusia tetapi juga mahluk hidup yang
lain seperti hewan dan tumbuhan. Berbagai sudut pandang dari manfaat tanah
tergantung kepentingan orang yang memanfaatkannya.
Untuk
seorang petani tradisional memanfaatkan tanah sebagai lingkungan tempat tinggal
dan sebagai sumber penghidupan, karena dengan demikian petani tersebut dapat
menanam serta memungut hasilnya sebagai bahan makanan maupun bahan dagang.
Hasil ini bisa dimanfaatkan sendiri sebagai pola hidup subsisten ataupun dijual
untuk memenuhi kepentingan yang lain.
Pengusaha
batu merah, genting dan keramik memanfaatkan tanah sebagai bahan baku produksi
untuk pengembangan usaha, terutama tanah liat yang dimanfaatkan untuk
menghasilkan barang-barang produksi dalam mendatangkan keuntungan.
Ahli Pertanian
memandang tanah sebagai benda yang lunak menempati kulit bumi bagian atas yang
terdiri dari bahan organik dan anorganik sebagai media pertumbuhan tanaman.
Bagi
yang tidak tahu menahu tentang tanah menganggap tanah sebagai benda yang kotor
karena becek (nggak ada ojek) dan dapat melekat pada apa saja.
Para ahli
pedologi mempelajari asal dan perkembangan tanah dan faktor-faktor serta proses
pembentukan tanah yang memenuhi sebagian besar kebutuhan tanamannya.
G. Pengaruh
Tanah Bagi Kehidupan
Tanah berperan sebagai :
·
Lahan untuk tempat tinggal dan tempat
melakukan kegiatan.
·
Tempat tumbuhnya vegetasi yang sangat
berguna bagi kepentingan hidup manusia.
·
Sumber barang tambang atau bahan
galian yang berguna bagi manusia.
·
Tempat berkembangnya hewan yang
sangat berguna bagi manusia.
·
Penyedia nutrisi bagi tanaman
tersebut, sehingga produksi yang dicapai tanaman tergantung pada kemampuan
tanah dalam penyediaan nutrisi ini (kesuburan tanah).
·
Digunakan untuk tempat tinggal dan
tempat melakukan kegiatan.
·
Sebagai tempat tumbuhnya vegetasi
yang sangat berguna bagi kepentingan hidup manusia.
·
Mengandung barang tambang atau bahan
galian yang berguna bagi manusia.
·
Sebagai tempat berkembangnya hewan
yang sangat berguna bagi manusia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi intinya
kualitas ta nah dipengaruhi oleh batuab induk yang menjadi penyusun tanah
tersebut. Tanah terbentuk melalui proses yang panjang hingga dapat dimanfaatkan
dalam kegiatan sehari-hari, misalnya untuk pertanian, dibuat kerajinan,
bercocok tanam, dibuat bahan baku, dan lainnya. Jenis tanaman yang tumbuh pada
satu tempat berbeda dengan tanaman yang tumbuh pada tempat lain karena
bergantung pada struktur tanahnya dan asal bahan pembentuk tanah tersebut.
Tanah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2008/02/definisi-tanah-fungsi-dan-profil-tanah.html
·
Buku Geografi SMA kelas x penerbit Erlangga KTSP
2004, K Wardiyatmoko dan Prof.H.R. Bintarto
·
Buku Geografi SMA kelas x penerbit Erlangga KTSP
2006, , K Wardiyatmoko
·
Buku Geografi SMA kelas 2 semester 3 & 4
KTSP 1984 penerbit Indah Jaya Bandung. Drs, Syaiful Khafid
·
Buku Geografi kelas 1 penerbit Armico KTSp 1994,
Drs, S Machmudi Alimin
0 komentar:
Posting Komentar