BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tidak lepas dari lingkungan. Kita
bernafas lewat udara. Kita makan, minum, menjaga kesehatan juga membutuhkan
lingkungan. Lingkungan yang terdiri dari kelompok manusia disebut lingkungan
sosial. Lingkungan ini membentuk pergaulan yang peranannya besar dalam
membentuk kepribadian seseorang. Bumi yang kita huni ini sudah tua. Umur bumi sudah ribuan tahun lebih. Manusia
malah tidak menjaga dan merawat seluruh
isi bumi dengan baik. Mereka justru merusaknya dengan menggunakan lahan kosong
sebagai permukiman, menebang hutan, membuang sampah ke sungai atau laut, dll.
Akibat ulah manusia tersebut, timbullah kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan adalah kerusakan yang terjadi
dengan hilangnya sumber daya air, udara, tanah, rusaknya ekosistem, dan
punahnya satwa liar.
Pada era modern ini, manusia
cenderung mementingkan diri sendiri daripada melestarikan lingkungan. Padahal,
masih banyak manusia di belahan dunia lainnya yang membutuhkan sumber daya
alam. Jika bumi hancur lebih dulu, bagaimana kita dapat menikmati semua
kenyamanan teknologi tersebut? Sekarang kita hanya bergantung pada waktu. Oleh karena itu, berpikirlah dari sekarang. Selamatkan
bumi atau tetap merusak seluruh isi bumi? Jawabannya tergantung dari pemikiran
para pembaca makalah ini sendiri.
B.
Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
1. Apa saja macam-macam pencemaran itu?
2. Apa saja bentuk-bentuk penyebab
kerusakan lingkungan hidup?
3. Apakah kemiskinan ada hubungannya
dengan kerusakan lingkungan?
4.
Bagaimana cara mencegah kerusakan lingkungan?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini dibagi
menjadi 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah
memaparkan apa saja bentuk-bentuk penyebab kerusakan lingkungan hidup.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa saja
macam-macam kerusakan lingkungan,
2. Memahami dari mana
sumber-sumber penyebab kerusakan lingkungan,
3. Menjelaskan hubungan
antara kemiskinan dengan kerusakan lingkungan, dan
4.
Menjelaskan bagaimana cara mencegah kerusakan lingkugan.
D.
Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini akan bermanfaat bagi:
1. Pemerintah
Pemerintah agar bijaksana dalam mengelola lingkungan.
2. Masyarakat
Makalah ini akan memberikan gambaran
kepada masyarakat akibat-akibat jika lingkungan
tidak dimanfaatkan dengan baik.
E.
Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN, terdiri atas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan; BAB II LANDASAN TEORI, terdiri atas Tinjauan
Pustaka dan Landasan Teori; BAB III PEMBAHASAN; dan BAB IV PENUTUP,
terdiri atas simpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Menurut MENLH (1998),
kerusakan lingkungan hidup terjadi karena adanya tindakan yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung sifat fisik atau hayati sehingga
lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan.
2. Menurut UU No. 4 Tahun 1982, pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam
lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai
peruntukannya.
B.
Landasan Teori
Dari
kedua teori diatas, saya memilih teori yang kedua. Alasannya adalah karena
teori tersebut sesuai dengan masalah kerusakan lingkungan. Keseimbangan
lingkungan akan terganggu jika terjadi perubahan berupa pengurangan
fungsi dari komponen dan putusnya mata rantai dalam ekosistem. Di samping faktor-faktor lainnya,
faktor penyebab gangguan keseimbangan lingkungan adalah polusi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Macam-Macam Pencemaran
A.1. Macam-macam Pencemaran Menurut
Tempatnya
A.1.1 Pencemaran Tanah
A.1.1 Pencemaran Tanah
Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan
dan makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang
karena proses erosi oleh air yang mengalir sehinggakesuburannya akan berkurang.
Selain itu, menurunnya kualitas tanah juaga dapat disebabkan limbah padat yang
mencemari tanah.
Gejala pencemaran tanah dapat diketahui dari
tanah yang tidak dapat digunakan untuk keperluan fisik manusia. Tanah yang
tidak dapat digunakan, misalnya tidak dapat ditanami tumbuhan, tandus dan
kurang mengandung air tanah. Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya
pencemaran tanah antara lain pembuangan bahan sintetis yang tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme, seperti plastik, kaleng, kaca, sehingga
menyebabkan oksigen tidak bisa meresap ke tanah. Faktor lain, yaitu penggunaan
pestisida dan detergen yang merembes ke dalam tanah dapat berpengaruh terhadap
air tanah, flora, dan fauna tanah.
Pada saat ini hampir semua pemupukan tanah
menggunakan pupuk buatan atau anorganik. Zat atau unsur hara yang terkandung
dalam pupuk anorganik adalah nitrogen (dalam bentuk nitrat atau urea), fosfor
(dalam bentuk fosfat), dan kalium. Meskipun pupuk anorganik ini sangat menolong
untuk meningkatkan hasil pertanian, tetapi pemakaian dalam jangka panjang tanpa
dikombinasi dengan pupuk organik mengakibatkan dampak yang kurang bagus.
Dampaknya antara lain hilangnya humus dari tanah, tanah menjadi kompak (padat)
dan keras, dan kurang sesuai untuk tumbuhnya tanaman pertanian.
Selain itu, pupuk buatan yang
diperjualbelikan umumnya mengandung unsur hara yang tidak lengkap terutama
unsur-unsur mikro yang sangat dibutuhkan tumbuhan dan juga pupuk organik mudah
larut dan terbawa ke perairan, misalnya danau atau sungai yang menyebabkan
terjadinya eutrofikasi. Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari
permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke
dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya.
A.1.2 Pencemaran Air
Pencemaran air dapat diketahui dari perubahan
warna, bau, serta adanya kematian dari biota air, baik sebagian atau
seluruhnya. Bahan polutan yang dapat menyebabkan polusi air antara lain limbah
pabrik, detergen, minyak, dan bahan organik yang berupa sisa-sisa organisme
yang mengalami pembusukan. Bahan kimia lain, seperti pestisida atau DDT ( Dikloro Difenil Trikloroetana ) yang
sering digunakan oleh petani untuk memberantas hama tanaman juga dapat
berakibat buruk terhadap tanaman dan organisme lainnya. Apabila
di dalam ekosistem perairan terjadi pencemaran DDT, akan terjadi aliran DDT.
Untuk mengetahui tingkat pencemaran air
dapat dilihat melalui besarnya kandungan O2 yang terlarut. Ada 2 cara yang
digunakan untuk menentukan kadar oksigen dalam air, yaitu secara kimia dengan
COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD
(Biochemical Oxygen Demand).
Polusi air yang berat dapat menyebabkan
polutan meresap ke dalam air tanah yang menjadi sumber air untuk kehidupan
sehari-hari seperti mencuci, mandi, memasak, dan untuk air minum. Air tanah
yang sudah tercemar akan sulit sekali untuk dikembalikan menjadi air bersih.
Pengenceran dan penguraian polutan pada air tanah sulit sekali karena airnya
tidak mengalir dan tidak mengandung bakteri pengurai yang aerob. Penggunaan
pupuk dan pestisida yang berlebihan merupakan salah satu sumber pencemaran air.
Pupuk dan pestisida yang larut di air akan menyebabkan eutrofikasi yang
mengakibatkan ledakan (blooming)
tumbuhan air, misalnya alga dan ganggang.
Salah satu bahan pencemar di laut adalah
tumpahan minyak bumi, akibat kecelakaan kapal tanker minyak yang sering
terjadi. Banyak organisme akuatik yang mati atau keracunan karenanya. Untuk membersihkan kawasan tercemar diperlukan
koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan biaya yang mahal. Bila terlambat
penanggulangan-nya, kerugian manusia semakin banyak. Secara ekologis, dapat
mengganggu ekosistem laut. Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi
akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin
meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar.
A.1.3 Pencemaran Udara
Pencemaran udara dapat
bersumber dari manusia atau dapat berasal dari alam. Pencemaran oleh alam,
misalnya letusan gunung berapi yang mengeluarkan debu, gas CO, SO2, dan H2S.
Partikel-partikel zat padat yang mencemari udara di antaranya berupa debu,
jelaga, dan partikel logam. Partikel logam yang paling banyak menyebabkan
pencemaran adalah Pb yang berasal dari pembakaran bensin yang mengandung TEL (tetraethyl timbel).
Adanya pencemaran udara ditunjukkan oleh
adanya gangguan pada makhluk hidup yang berupa kesukaran bernapas, batuk, sakit
tenggorokan, mata pedih, serta daun-daun yang menguning pada tanaman. Zat-zat
lain yang umumnya mencemari lingkungan, antara lain:
1) Oksida karbon (CO dan CO2) dapat
mengganggu pernapasan, tekanan darah, saraf, dan mengikat Hb sehingga sel
kekurangan O2.
2) Oksida sulfur (SO2 dan SO3) dapat
merusak selaput lendir hidung dan tenggorokan.
3) Oksida nitrogen (NO dan NO2) dapat
menimbulkan kanker.
4) Hidrokarbon (CH4 dan C4H10),
menyebabkan kerusakan saraf pusat.
5) Ozon (O3) menyebabkan bronkithis dan
dapat mengoksidasi lipida.
6) Batu bara yang mengandung sulfur melalui pembakaran
akan menghasilkan sulfur dioksida. Sulfur dioksida ber$ama dengan udara serta oksigen
dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur. Asam ini membentuk kabut dan
suatu saat akan jatuh sebagai hujan yang disebut hujan asam. Hujan asam dapat
menyebabkan gangguan pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Misalnya gangguan
pernapasan, perubahan morfologi pada daun, batang, dan benih.
Meningkatnya kadar karbon dioksida di atmosfer
juga dapat membahayakan kelangsungan hidup makhluk hidup yang ada di bumi ini.
Konsentrasi karbon dioksida yang berasal dari sisa pembakaran, asap kendaraan,
dan asap pabrik dapat menimbulkan efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca dapat mengakibatkan:
a) Adanya pemanasan global yang mengakibatkan
naiknya suhu di bumi.
b) Mencairnya es yang ada di kutub,
sehingga mengakibatkan naiknya permukaan air laut.
c) Tenggelamnya daratan (pulau) sebagai
akibat dari mencairnya es di kutub.
Sumber polusi udara
lainnya dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif, misalnya, nuklir. Setelah
peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam atmosfer dan jatuh di bumi.
materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah, air, hewan, tumbuhan, dan
juga pada manusia. Efek pencemaran nuklir terhadap makhluk hidup, dalam taraf
tertentu, dapat menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan
bahkan kematian.
A.1.4 Pencemaran Suara
Pencemaran
suara adalah keadaan dimana masuknya suara yang masuk terlalu banyak
sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan manusia. Pencemaran suara cukup
menjadi ancama serius bagi kualitas lingkungan terutama dibagian suasana.
Sumber pencemaran suara adalah kebisingan, yaitu bunyi atau suara yang dapat
mengganggu dan merusak pendengaran manusia. Bunyi disebut bising apabila
inetensitasnya telah melampaui 50
desibel.
Suara dengan intensitas tinggi, seperti yang
dikeluarkan oleh banyak mesin industri, kendaraan bermotor, dan pesawat terbang
bila berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat
mengganggu manusia, bahkan menyebabkan cacat pendengaran yang permanen.
A.2. Macam-macam Pencemaran Menurut Bahan
Pencemarnya
·
Pencemaran
kimiawi adalah pencemaran yang disebabkan oleh bahan yang berupa zat
radioaktif, logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Hi), pupuk anorganik, pestisida,
detergen, dan minyak.
·
Pencemaran
biologi adalah pencemaran yang disebabkan oleh bahan yang berupa
mikroorganisme, misalnya Escherichia
coli, Entamoeba coli, dan Salmonella
thyposa.
·
Pencemaran
fisik adalah pencemaran yang disebabkan oleh bahan yang berupa kaleng-kaleng,
botol, plastik, dan karet.
A.3. Macam-macam Pencemaran Menurut Tingkat Pencemaran
Menurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu lamanya kontak. Tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
Menurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu lamanya kontak. Tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan
iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan
kerusakan pada ekosistem lain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yang
menyebabkan mata pedih.
2.
Pencemaran
yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menyebabkan sakit yang
kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa) di Minamata, Jepang yang menyebabkan
kanker dan lahirnya bayi cacat.
3.
Pencemaran
yang kadar zat-zat pencemarannya demikian besar sehingga menimbulkan gangguan
dan sakit atau kematian dalam lingkungan. Misalnya pencemaran nuklir.
A.4. Parameter Pencemaran
Dengan mengetahui beberapa parameter yang ada pada daerah/kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Paramater-parameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah sebagai berikut:
Dengan mengetahui beberapa parameter yang ada pada daerah/kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Paramater-parameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah sebagai berikut:
·
Parameter Kimia
Parameter kimia meliputi CO2, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam berat.
Parameter kimia meliputi CO2, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam berat.
·
Parameter
Biokimia
Parameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu jumlah oksigen dalam air. Cara pengukurannya adalah dengan menyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennya selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD digunakan untuk mengukur banyaknya pencemar organik.
Parameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu jumlah oksigen dalam air. Cara pengukurannya adalah dengan menyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennya selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD digunakan untuk mengukur banyaknya pencemar organik.
B. Penyebab Kerusakan Lingkungan
Kehidupan
manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan
alam
maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan
sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Kerusakan lingkungan hidup terjadi karena
adanya tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung sifat
fisik dan/atau hayati sehingga lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam
menunjang pembangunan berkelanjutan (KMNLH, 1998). Kerusakan lingkungan hidup
terjadi di darat, udara, maupun di air. Kerusakan lingkungan hidup yang akan
dibahas dalam Bab ini adalah meluasnya lahan kritis, erosi dan sedimentasi,
serta kerusakan lingkungan pesisir dan laut. Faktor
penyebab kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Faktor
Alam dan Faktor Manusia.
a.
Kerusakan Lingkungan Hidup Faktor Alam
Bentuk
bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup.
Salah satunya adalah gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi
Mekah dan Nias. Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan
hidup antara lain : Letusan gunung berapi, Gempa bumi, dan Angin topan.
Peristiwa-peristiwa alam tersebut yang menimbulkan kerusakan pada lingkungan
hidup.
b.
Kerusakan Lingkungan Hidup Faktor Manusia
Manusia
sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup.
Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan
pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Manusia merupakan
salah satu kategori faktor yang menimbulakan kerusakan lingkungan hidup. Bentuk
kerusakan yang di timbulkan
oleh manusia adalah:
ü
Terjadinya pencemaran (pencemaran udara,
air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.
ü
Terjadinya banjir, sebagai dampak
buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah
aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
ü
Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak
langsung dari rusaknya hutan.
Selain
itu, faktor-faktor penyebab kerusakan lingkungan adalah:
a) Pertambahan penduduk yang pesat, sehingga
telah menyebabkan tekanan yang sangat berat terhadap pemanfaatan keanekaragaman
hayati. Misalnya, timbulnya eksploitasi terhadap sumberdaya alam hayati yang
berlebihan,
b) Perkembangan teknologi yang pesat sehingga kemampuan
orang untuk mengeksploitasi keanekaragaman hayati secara berlebihan semakin
mudah dilakukan,
c) Makin meningkatnya penduduk lokal
terlibat dalam ekonomi pasar kapitalis, sehingga menyebabkan eksploitasi
keanekaragaman hayati secara berlebihan,
d) Kebijakan dan pengelolaan keanekaragaman
hayati yang sangat sentralistik dan bersifat kapitalis dan tidak tepat guna,
dan
e)
Berubahnya
sistem nilai budaya masyarakat dalam memperlakukan keanekaragaman hayati
sekitarnya.
C. Hubungan Kemiskinan dengan
Kerusakan Lingkungan Hidup
Pendapat sejumlah pakar lingkungan
hidup menyatakan bahwa kemiskinan menyebabkan tekanan terhadap lingkungan makin
tinggi. Oleh karena itu, kemiskinan harus dientaskan supaya lingkungan hidup
dapat diselamatkan. Bagaimana dengan kondisi Indonesia saat ini?
Menurut data BPS (2011) jumlah
penduduk miskin di Indonesia mencapai 30,02 juta orang atau 12,49% dari
penduduk Indonesia. Dibandingkan tahun 2010, penduduk miskin di Indonesia
mengalami penurunan sebesar 0,84%. Dari 30,02 juta orang penduduk miskin, yang
terbesar berada di pedesaan yaitu sebanyak 18.97 juta orang, sedangkan di
perkotaan sebanyak 11,05 juta orang.
Meskipun banyak pihak mengatakan bahwa
kawasan perkotaan sebagai kantong kemiskinan, data BPS ini mempertegas bahwa
kawasan pedesaan tetap sebagai kawasan yang paling banyak penduduk miskinnya.
Hal inilah yang sangat mengkhawatirkan, karena tekanan terhadap kawasan hutan
dan lingkungan hidup makin tinggi. Hal
ini senada dengan kekhawatiran Komisi Dunia Untuk Lingkungan dan Pembangunan
PBB (1988). Sebab, mereka yang miskin dan kelaparan acapkali menghancurkan
lingkungan sekitarnya demi kelangsungan hidup. Mereka akan menebang hutan,
ternaknya akan menggunduli padang-padang rumput, mereka akan menggunakan lahan
merginal secara berlebihan.
Mengapa hal seperti ini akan
terjadi? Tanpa sumber penghidupan yang memadai, penduduk yang miskin sumberdaya
akan tetap miskin. Mereka terpaksa memanfaatkan secara berlebihan basis
sumberdaya yang ada demi kelangsungan hidup mereka. Sasaran yang paling dekat
untuk memperoleh bahan pangan adalah hutan. Orang
miskin itu disebut dengan kelompok the struggling. Mereka umumnya memiliki
motto: apa yang dapat kita makan hari ini. Hal ini menyebabkan mereka memandang
lingkungan sebagai salah satu “mata pencaharian” untuk bertahan hidup. Bagi
mereka lingkungan bukan untuk kaya. Intinya, bagaimana dari lingkungan bisa
menghasilkan pangan, papan dan sandang. Tentu upaya yang mereka lakukan adalah
mengeksploitasi habis-habisan lingkungan yang ada di sekitarnya, terutama
kawasan hutan. Jangan bersedih jika
melihat masyarakat “lapar lahan” di pedesaan makin meningkat yang disusul
dengan makin meningkatnya pembukaan lahan baru. Bukan mereka tidak mau menjaga
kelestarian lingkungan, merekalah “pendekar lingkungan”. Tetapi saat ini posisi mereka sangat
membutuhkan makan.
Saat ini, mereka belum
sempat berpikir tentang lingkungan, tentang pelestarian, tentang konservasi
tentang rehabilitasi lahan. Tekanan ekonomi dan kehidupan yang tidak memihak
kepada mereka makin terasa berat. Kondisi ini memaksa mereka untuk mencari
lahan sekedar bercocok tanam untuk dapat bertahan hidup. Kemiskinan
dan kerusakan lingkungan berkorelasi positif. Bahkan keduanya memiliki hubungan
kausalitas derajat polinomial. Pada derajat pertama, kemiskinan terjadi karena
kerusakan lingkungan atau sebaliknya lingkungan rusak karena kemiskinan. Pada
tingkatan polinomial berikutnya, kemiskinan terjadi akibat kerusakan lingkungan
yang disebabkan karena kemiskinan periode sebelumnya.
Hubungan sebab akibat itu bisa terus berlanjut pada derajat polinomial yang lebih tinggi, membentuk lingkaran setan atau siklus yang tidak berujung. Dalam kondisi seperti itu, kemiskinan semakin parah dan lingkungan semakin rusak. Semakin lama kondisi itu berlangsung, semakin kronis keadaanya. Bila sudah demikian, status kemiskinan berubah secara tidak linier. Dari miskin, ke lebih miskin, dan akhirnya miskin sekali. Tren yang sama juga terjadi juga pada kerusakan lingkungan. Karena pentingnya hubungan kemiskinan dan kerusakan lingkungan, dalam Millenium Development Goals (MDGs) kedua variabel tersebut dijadikan target bersama negara-negara dunia untuk menyelesaikannya hingga periode 2015. Sementara di Indonesia, makin hari makin terasa pentingnya kedua variabel itu.
Di saat dan tempat yang sama, kerusakan lingkungan makin terjadi, ditandai dengan aktivitas dan kehidupan manusia yang sudah melebihi kapasitas alam. Manusia yang miskin hidup di atas atau melampaui daya dukung sumber daya alam. Target yang berkaitan keberlanjutan lingkungan adalah memadukan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan dan program pembangunan setiap negara, meningkatkan jumlah orang yang dapat akses air bersih, serta meningkatkan secara siginifikan kehidupan 100 juta orang yang hidup di daerah kumuh.
Hubungan sebab akibat itu bisa terus berlanjut pada derajat polinomial yang lebih tinggi, membentuk lingkaran setan atau siklus yang tidak berujung. Dalam kondisi seperti itu, kemiskinan semakin parah dan lingkungan semakin rusak. Semakin lama kondisi itu berlangsung, semakin kronis keadaanya. Bila sudah demikian, status kemiskinan berubah secara tidak linier. Dari miskin, ke lebih miskin, dan akhirnya miskin sekali. Tren yang sama juga terjadi juga pada kerusakan lingkungan. Karena pentingnya hubungan kemiskinan dan kerusakan lingkungan, dalam Millenium Development Goals (MDGs) kedua variabel tersebut dijadikan target bersama negara-negara dunia untuk menyelesaikannya hingga periode 2015. Sementara di Indonesia, makin hari makin terasa pentingnya kedua variabel itu.
Di saat dan tempat yang sama, kerusakan lingkungan makin terjadi, ditandai dengan aktivitas dan kehidupan manusia yang sudah melebihi kapasitas alam. Manusia yang miskin hidup di atas atau melampaui daya dukung sumber daya alam. Target yang berkaitan keberlanjutan lingkungan adalah memadukan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan dan program pembangunan setiap negara, meningkatkan jumlah orang yang dapat akses air bersih, serta meningkatkan secara siginifikan kehidupan 100 juta orang yang hidup di daerah kumuh.
Target-target
itu membuka debat publik secara demokrasi tentang kinerja pemerintah. Presiden
Brasilia, Luis Inacio da Silva,
misalnya secara ekplisit mengumumkan target-target pada MDGs sebagai platform
politiknya dalam pemilu. Tanpa disadari, di Indonesia pun banyak calon
gubernur, bupati, dan wali kota menggunakan target-target MDGs sebagai platform
politik mereka dalam pilkada. Langkah-langkah besar dan signifikan sudah dicapai
Tiongkok dan Vietnam dalam mengurangi kemiskinan. Dalam kurun 1990-2002,
penduduk miskin 32 persen menjadi 13 persen di Tiongkok, serta dari 51 persen
menjadi 14 persen di Vietnam. Namun khususnya di Tiongkok, lingkungan alam
sebagai habitat dan sumber daya ekonomi mengalami kerusakan cukup serius.
Dengan
kata lain, pencapaian MDGs tidak dicapai secara holistik, malahan sebaliknya
tujuan atau tagetnya saling dipertentangkan. Kawasan dunia
yang termiskin, Sub-Sahara Afrika, diprediksi tidak akan berhasil mencapai target
MDGs, khususnya pengurangan jumlah orang miskin. Sebaliknya, jumlah orang
miskin bertambah dari 314 juta pada 2001 menjadi 366 juta pada 2015. Hanya
Uganda, Ghana, dan Kamerun yang baik kinerjanya dalam hal pengentasan
kemiskinan. Tidak untuk diperdebatkan, hanya sebagai indikator, pada 2002
jumlah penduduk miskin 36,4 juta (18,1 persen). Pada September 2006, dengan
standar $1,55 sehari, jumlahnya menjadi 39,40 juta. Di saat yang sama,
dilaporkan 25 persen anak, usia hingga 5 tahun, menderita gizi buruk. Juga,
kematian ibu 307 per 100.000 kelahiran, atau tiga kali kematian di Vietnam dan
enam kali Malaysia atau Tiongkok. Per tumah tangga, pada Januari 2006 terdapat
17,8 juta, atau 33,4 persen rumah tangga miskin.
Indikator statistik di atas mungkin
sudah berubah dalam setahun terakhir setelah adanya bencana alam: banjir,
kekeringan, tanah longsor, semburan gas Lapindo, tsunami, angin pitung beliung,
taifun, dan gelombang laut yang menyerang negeri ini, yang membuat masyarakat
kehilangan peluang usaha dan peluang bekerja. Bagi petani, nelayan, dan buruh,
sehari tidak bekerja, besar dampaknya bagi pendapatan mereka.
Bencana
alam seperti yang terus terjadi belakangan ini membuat mereka miskin atau
miskin sekali setelah tidak bekerja atau kehilangan aset-aset produktifnya.
Dalam kondisi miskin, apalagi sangat miskin, berbagai macam penyakit akan mudah
menyerang yang pada akhirnya menurunkan usia harapan hidup. Celakanya
mereka yang merusak alam semakin kaya sementara penduduk lainnya, sebaik
dampaknya, menjadi miskin. Tetapi kesalahan itu tidak selamanya ada pada
masyarakat dan penduduk. Sangat mungkin, program pemeritah di pusat dan daerah
memang tidak menempatkan keberlanjutan lingkungan sebagai aspek penting. Alam
dipaksa memberikan pertumbuhan ekonomi dan itu berada di atas daya dukungnya.
Maka
bercermin dari banyak negara lain di dunia, yang berhasil dan tidak berhasil
mengelola dan memanfaatkan alam bagi pembangunan ekonominya, serta sebagai
upaya mengurangi jumlah orang miskin yang terakumulasi akibat bencana alam,
sudah saatnya Indonesia mengikuti strategi Triple
Track Plus. "Plus" yang dimaksud, sesuai projek MDGs, adalah
pro-environment. Dengan be-gitu sejak saat ini, Indonesia mengikuti bukan lagi Triple Tracks tetapi Fourfold Tracks
Strategy.
D.
Pencegahan dan Penanggulangan Kerusakan Lingkungan
Pencemaran memang menimbulkan banyak kerugian, tidak
hanya bagi manusia, melainkan juga bagi hewan dan tumbuhan. Semakin banyak
lingkungan yang tercemar, semakin banyak pula tempat tinggal yang tidak aman
bagi manusia. Negara kita ini dipusingkan oleh masalah yang sebenarnya sudah
muncul dari dulu, hanya baru beberapa tahun belakangan ini masalah pencemaran
lingkungan mencuat ke permukaan. Cara
pencegahan dan penanggulangan pencemaran tanah, antara lain sebagai berikut:
a) Sebelum
dibuang ke tanah senyawa sintetis seperti plastik sebaiknya diuraikan lebih
dahulu, misalnya dengan dibakar.
b) Untuk
bahan-bahan yang dapat didaur ulang, hendaknya dilakukan proses daur ulang, seperti kaca,
plastik, kaleng, dan sebagainya.
c) Membuang
sampah pada tempatnya.
d)
Penggunaan pestisida dengan dosis yang
telah ditentukan.
Cara
pencegahan dan penanggulangan pencemaran tanah dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Remidiasi
Kegiatan
untuk membersihkan permukaan tanah dikenal dengan remediasi. Sebelum melakukan
remediasi, hal yang perlu diketahui:
ü Jenis
pencemar (organik atau anorganik), terdegradasi atau tidak, berbahaya atau
tidak.
ü Berapa
banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut.
ü Perbandingan
karbon (C), nitrogen (N), dan fosfat (P).
ü Jenis
tanah.
ü Kondisi
tanah (basah, kering).
ü Telah
berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut.
ü
Kondisi pencemaran (sangat penting untuk
dibersihkan segera/bisa ditunda).
2.
Remediasi
Onsite dan Offsite
Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in situ (atau on site) dan ex situ (atau off
site). Pembersihan on site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih
murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan
bioremediasi. Pembersihan off site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut
dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak
atau tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak atau tangki
tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off site ini jauh
lebih mahal dan rumit.
3.
Bio
- Remediasi
Bioremediasi merupakan proses pembersihan pencemaran
tanah dengan menggunakan mikroorganisme. Bioremediasi bertujuan untuk memecah
atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak
beracun. Proses bioremediasi harus memperhatikan temperatur tanah, ketersediaan
air, nutrien (N, P, K), perbandingan C:N kurang dari 30:1, dan ketersediaan
oksigen. Ada 4 teknik dasar yang
biasa digunakan dalam bioremediasi:
§ Stimulasi
aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien,
pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dan sebagainya.
§ Inokulasi
(penanaman) mikro-organisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang
memiliki kemampuan biotransformasi khusus.
§ Penerapan
immobilized enzymes.
§ Penggunaan tanaman (phytoremediation)
untuk menghilangkan atau mengubah pencemar.
Cara pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Cara
pemakaian pestisida sesuai aturan yang ada.
b) Sisa
air buangan pabrik dinetralkan lebih dahulu sebelum dibuang ke sungai
c) Pembuangan
air limbah pabrik tidak boleh melalui daerah pemukiman penduduk.
d)
Setiap rumah hendaknya membuat septic
tank yang baik.
Cara pencegahan dan
penanggulangan terhadap pencemaran udara, antara lain sebagai berikut:
ü
Perlu dibatasi penggunaan bahan bakar
yang menghasilkan CO dan
menggantinya dengan bahan bakar yang ramah lingkungan.
ü Menerapkan
program penghijauan di kota-kota untuk mengurangi tingkat pencemaran.
ü
Memilih lokasi pabrik dan industri yang
jauh dari keramaian dan pada tanah yang kurang produktif.
ü Gas-gas buangan pabrik perlu dibersihkan dahulu
sebelum dikeluarkan ke udara bebas. Pembersihan dapat menggunakan alat
tertentu, misalnya cottrell yang berfungsi untuk menyerap debu. Meningkatnya kadar karbon dioksida di atmosfer juga
dapat membahayakan kelangsungan hidup makhluk hidup yang ada di bumi.
Selain cara di
atas, cara lain yang dapat dilakukan adalah:
o
Tidak
melakukan penebangan pohon dengan semena-mena. Jadi, penebangan kayu
dilaksanakan secara terencana dengan sistem tebang pilih.
o
Melakukan
reboisasi, yaitu menghutankan kembali hutan yang sudah terlanjur rusak.
o
Melaksanakan
aforetasi, yaitu menghutankan daerah yang bukan hutan untuk mengganti daerah
hutan yang digunakan untuk keperluan lain.
o
Mencegah
kebakaran hutan, karena kerusakan hutan yang paling besar dan sangat merugikan
adalah kebakaran hutan. Diperlukan waktu yang lama untuk mengembalikannya menjadi
hutan kembali.
o
Melakukan
daur ulang. Daur ulang adalah proses untuk
menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna,
mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika
dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu
strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk/material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern
dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce,
and Recycle). Material
yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik.
Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya
menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi
oleh alam, tidak dikategorikan sebagai proses daur ulang. Daur ulang lebih
difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami
demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses
pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru
untuk proses produksi. Pada pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus
menghasilkan barang yang mirip dengan barang aslinya dengan material yang sama,
contohnya kertas bekas harus menjadi kertas dengan kualitas
yang sama, atau busa polistirena bekas harus menjadi polistirena dengan kualitas yang sama. Seringkali, hal ini sulit
dilakukan karena lebih mahal dibandingkan dengan proses pembuatan dengan bahan
yang
baru. Daur ulang adalah
sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari sampah. Proses daur ulang aluminium dapat menghemat 95% energi dan mengurangi polusi udara sebanyak 95% jika dibandingkan dengan ekstraksi
alumunium dari tambang hingga prosesnya di pabrik. Penghematan yang cukup besar
pada energi juga didapat dengan mendaur ulang kertas, logam, kaca, dan plastik.
o Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat akan
pentingnya lingkungan dan betapa bahayanya pencemaran
lingkungan. Selain itu, dapat dilakukan melalui jalur pendidikan-pendidikan formal atau
sekolah.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan dari makalah ini adalah bahwa kerusakan
lingkungan tidak hanya terjadi karena faktor alam saja, melainkan juga karena
ulah manusia yang tidak bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan dan juga
kemiskinan.
B.
Kritik dan Saran
Kritik terhadap pemerintah dan masyarakat adalah mereka
kurang memperhatikan keadaan lingkungan sekitar sehingga kerusakan lingkungan
mudah terjadi. Keadaan lingkungan zaman sekarang berbeda dengan keadaan
lingkungan zaman dahulu. Zaman dulu kadar polusinya sedikit sekali, hutan masih
lebat, kita mudah mendapatkan air bersih, dan tekstur tanah bagus sehingga
cocok digunakan untuk pertanian. Pada zaman ini kadar polusi meningkat pesat,
keadaan hutan sudah gundul, sulit untuk mendapatkan air bersih, dan tanah
menjadi tercemar akibat sampah yang menumpuk.
Saran bagi pemerintah adalah pemerintah
harus menjadi contoh bagi masyarakat dalam mengelola sumber daya alam agar dapat
dinikmati oleh generasi muda pada masa mendatang, dan bagi masyarakat dapat mempelajari
apa saja bentuk penyebab kerusakan lingkungan dan tahu bagaimana cara mencegah
dan menanggulangi pencemaran lingkungan.
Sumber:
Rochyadi, Yadi, dkk.2010.Pendidikan
Lingkungan Hidup untuk SMA/MA/SMK Kelas
XI.Depok: CV Binamuda Ciptakreasi.
http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/macam-macam-pencemaran-lingkungan-
upaya.html
http://gurungeblog.wordpress.com/2009/01/13/polusi-atau-pencemaran-lingkungan/
http://carelingkungan.blogspot.com/2011/10/macam-macam-pencemaran-lingkungan.html
http://www.g-excess.com/4725/penyebab-dan-dampak-kerusakan-lingkungan/
http://id.shvoong.com/society-and-news/environment/2121236-faktor-penyebab-kerusakan-
lingkungan/
http://id.wikipedia.com/wiki/Pencemaran_suara
http://id.wikipedia.org/wiki/Daur_ulang
http://green.kompasiana.com/penghijauan/2012/03/03/kemiskinan-penyebab-kerusakan-lingkungan-
hidup/
http://www.menegpp.go.id/menegpp.php?cat=detail&id=artikel&dat=291
0 komentar:
Posting Komentar