M A K A L A H
(GEOMORFOLOGI)
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
NAMA
: EDUARDUS KOPA
NIM : 100401050143
KELAS
: D
PRODI : PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN
MALANG
2010
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjat kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena atas berkat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Makalah Geomorfologi tepat pada
waktu yang telah tetapkan
Penulis
juga berterima kasih kepada pihak yang
telah membantu penulis dalam
menyusun Makalah ini.
Dalam
menyusun makalah ini jau dari kesempurnaan untuk itu penulis sangat membutuhkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan makalah ini ke
depan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih!!
Malang,10 Mei 2012
Penulis
Eduardus Kopa
DAFTAR ISI
Ø KATA
PENGANTAR
Ø DAFTAR
ISI
Ø BAB
I PENDAHULUAN
a) Pengertian
dan ruang lingkup Geomorfologi
b) Hungan
Geomorfologi dengan ilmu lain yang ada di Geogarfi
Ø BAB
II PEMBAHASAN
a) Proses-proses
Geomorfologi
b) Bentuk
asal geomorfologi
Ø BAB
III PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN
A. .Pengertian dan ruang lingkup geomorfologi
Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa
Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (earth/bumi), morphos
(shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan).
Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian gomorfologi merupakan
pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi. Namun,Geomorfologi bukan
hanya mempelajari bentuk-bentuk muka bumi, tetapi lebih dari itu mempelajari
material dan proses, seperti yang dikemukakan oleh Hooke (1988) dalam
Sukmantalya (1995: 1), bahwa: bahwa Geomorfologi membicarakan tentang
bentuklahan dan proses yang terjadi di permukaan bumi termasuk pergerakan
materilal, air dan drainase serta factor lain yang memicu terjadinya proses
geomorfik.
Ruang lingkup geomorfologi Geomorfoogi adalah imu tentang
bentuk lahan, dapat didefinisikan bahwa geomorfologi mempelajari fenomena
permukaan muka bumi, juga termasuk didalamnya adalah lautan, lempeng
continental, juga yang lainya seperti gunung dll. Geomorfologi termasuk juga
mempeajari tentang fisiografi dan geologi. Studi fisiografinya adalah termasuk
di dalamnya didalamnya termasuk daratan yang dicakup didalam geomorfologi,
atmosfer atau studi tentang paerlapisan udara yang dicakup ke dalam klimatologi
dan meteorologi, serta tentang lautan yang dikaji kedalam disiplin ilmi
oceanografi.
B.
Hubungan geomorfologi dengan ilmu
yang lain yang ada di geografi:
Fisiografi. Pada awalnya fisiografi mencakup
studi tentang atmosfir, hidrologi dan bentangalam dan studi yang mempelajari
ketiga objek tersebut umumnya berkembang di benua Eropa, sedangkan geomorfologi
merupakan salah satu cabang dari Fisiografi. Dengan semakin majunya
perkembangan studi tentang atmosfir(meteorologi) dan hidrologi di Amerika
menyebabkan objek studi Fisiografi menjadi lebih terbatas, yaitu hanya
mempelajari bentangalam saja, sehingga di Amerika istilah Fisiografi identik
dengan Geomorfologi.
Geologi mempunyai objek studi yang lebih
luas dari geomorfologi, karena mencangkup studi tentang seluruh kerak bumi,
sedangkan geomorfologi hanya terbatas pada studi permukaan dari pada kerak
bumi. Oleh karena itu maka geomorfologi dianggap sebagai cabang dari geologi
dan kemudian dalam perkembangannya geomorfologi menjadi suatu ilmu tersendiri,
terlepas dari geologi. Geologi struktur dan geologi dinamis adalah
cabang-cabang ilmu geologi yang sangat membantu dalam mempelajari geomorfologi.
Dengan geologi dinamis dapat membantu untuk menjelaskan evolusi permukaan bumi,
sedangkan geologi struktur membantu dalam menjelaskan jenis-jenis dari
bentuk-bentuk bentangalam. Banyak bentuk bentangalam dicerminkan oleh struktur
geologinya. Oleh karena itu untuk mempelajari geomorfologi maka diperlukan
pengetahuan dari ilmu-ilmu tersebut.
Meteorologi dan Klimatologi, yang
mempelajari keadaan fisik dari atmosfir dan iklim. Ilmu ini mempunyai pengaruh,
baik langsung maupun tidak langsung terhadap proses perubahan roman muka bumi.
Kondisi cuaca seperti terjadinya angin, petir, kelembaban udara dan pengaruh
perubahan iklim dapat membawa perubahan-perubahan yang besar terhadap bentuk
roman muka bumi yang ada. Oleh karena itu untuk mempelajari perubahan-perubahan
yang terjadi di permukaan bumi, diperlukan pengetahuan tentang ilmu-ilmu tersebut.
Hidrologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu mengenai air yang ada di bumi (the
science of the waters of the earth), termasuk dalam hal ini air yang ada di
sungai-sungai, danau-danau, lautan dan air bawah tanah. Pengetahuan mengenai
hidrologi juga akan pembantu dalam mempelajari geomorfologi. Sama halnya dengan
atmosfir, air dapat juga menyebabkan perubahan-perubahan atas roman muka bumi
yang ada dan dapat meninggalkan bekas-bekasnya.
Geografi mempunyai
objek studi yang lebih luas dari pada geomorfologi, sebab mencakup aspek-aspek
fisik dan sosial dari pada permukaan bumi. Sedangkan geomorfologi menekankan
pada bentuk-bentuk yang terdapat pada permukaan bumi. Geografi menekankan
kajiannya pada “Space Oriented” yang dapat menunjukkan dimana dan bagaimana
penyebaran dari pada bentuk bentangalam serta mengapa penyebarannya demikian.
Mengingat sifat dari geografi yang “Anthropocentris”, dan dalam hubungannya
dengan studi geomorfologi, maka muncullah suatu sub disiplin ilmu yaitu
“Geography of landform”. Dimana didalamnya juga mencakup, bagaimana
meng-aplikasikan setiap jenis bentangalam untuk aktivitas dan kehidupan
manusia. Dengan kata lain dapat menjalin suatu hubungan timbal balik antara
manusia dengan bentangalam yang ada.
BAB II
PEMBAHSAN
GEOMORFOLOGI
A.
Proses-proses
Geomorfologi:
Ø Pelapukan
Penyusun kulit
bumi yang berupa batuan. pelapukan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim,
temperatur dan komposisi kimia dari mineral-mineral penyusun batuan. pelapukan
dapat melibatkan proses mekanis (pelapukan mekanis), aktivitas kimiawi
(pelapukan kimia), danaktivitas organisme (termasuk manusia) yang dikenal
dengan pelapukan organis. Dalam geomorfologi, denudasi adalah istilah yang
dipakai untuk mengindikasikan lepasnya materialmaterial melalui proses erosi
dan pelapukan yang berakibat pada berkurangnya ketinggian (elevasi) dan relief
dari bentuk lahan dan bentuk bentangalam. proses eksogenik (kerja air, es, dan
angin) merupakan faktor yang mendominasi proses denudasi. denudasi dapat
mengakibatkan lepasnya partikel-partikel yang berbentuk padat maupun material
yang berupa larutan. secara geomorfologi, pelapukan mekanis maupun kimiawi
terjadi dalam hubungannya dengan pembentukan bentangalam. terdapat 3 (tiga)
jenis pelapukan yang kita kenal, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi,
dan pelapukan biologis.
1.
Pelapukan
mekanis adalah semua
mekanisme yang dapat mengakibatkan terjadinya proses pelapukan sehingga suatu
batuan dapat hancur menjadi beberapa bagian yang lebih kecil atau
partikel-partikel yang lebih halus. mekanisme dari proses pelapukan mekanis
antara lain adalah abrasi, kristalisasi es (pembekuan air) dalam batuan,
perubahan panas secara cepat (thermal fracture), proses hidrasi, dan
eksfoliasi/pengelupasan yang disebabkan pelepasan tekanan pada batuan karena
perubahan tekanan.
Pelapukan
Mekanis
|
2.
Pelapukan kimiawi (dikenal juga sebagai proses
dekomposisi atau proses peluruhan) adalah terurai/pecahnya batuan melalui
mekanisme kimiawi, seperti karbonisasi, hidrasi, hidrolisis, oksidasi dan pertukaran
ion-ion dalam larutan. pelapukan kimiawi merubah komposisi mineral mineral
dalam batuan menjadi mineral permukaan seperti mineral lempung. mineral-mineral
yang tidak stabil yang terdapat dalam batuan akan dengan mudah mengalami
pelapukan apabila berada dipermukaan bumi, seperti basalt dan peridotit. Air
merupakan agen yang sangat penting dalam terhadinya proses pelapukan kimia,
seperti pengelupasan cangkang (speriodal weathering) pada batun.
3.
Pelapukan organis dikenal juga sebagai pelapukan
biologis dan merupakan istilah yang umum dipakai untuk menjelaskan proses
pelapukan biologis yang terjadi pada penghancuran batuan, termasuk proses
penetrasi akar tumbuhan kedalam batuan dan aktivitas organisme dalam membuat
lubang-lubang pada batuan (bioturbation), termasuk didalamnya aksi dari
berbagai jenis asam yang ada dalam mineral melalui proses leaching. pada
hakekatnya pelapukan organis merupakan perpaduan antara proses pelapukan
mekanis dan pelapukan kimiawi.
Pelapukan
Orgamisme
|
— Hasil akhir
dari ke-tiga jenis pelapukan batuan tersebut diatas dikenal sebagai soil
(tanah). Oleh karena tanah merupakan hasil dari pelapukan batuan maka berbagai
jenis tanah, seperti Andosol, Latosol atau Laterit tergantung pada jenis batuan
asalnya. Proses pelapukan, baik secara mekanis yang disebabkan antara lain oleh
perubahan temperatur panas , dingin, angin, hujan, es, pembekuan pada batuan
menyebabkan batuan induk mengalami disintegrasi (perombakan) menjadi bagian
yang lebih kecil, sedangkan proses kimiawi yang disebabkan oleh larutan asam,
kelembaban merubah mineral-mineral menjadi ion-ion, oksidasi besi dan alumina,
mineral silika akan menghasilkan lapisan lapisan lempung.
Erosi
Alur
|
Ø Erosi Berlembar (Sheet
Erosion)
Erosi berlembar
adalah proses pengikisan air yang terjadi pada permukaan tanah yang searah
dengan bidang permukaan tanah, biasanya terjadi pada lereng-lereng bukit yang
vegetasinya jarang atau gundul.
Ø Erosi drainase (ravine
erosion)
Erosi drainase adalah proses pengikisan yang disebabkan oleh kerja air pada
permukaan tanah (terrain) yang membentuk saluran-saluran dengan lembah-lembah
salurannya berukuran antara beberapa centimeter hinggga satu meter.
Ø Erosi saluran(gully erosion) Erosi saluran
adalah erosi yang disebabkan oleh hasil kerja air pada permukaan tanah
membentuk saluran-saluran dengan ukuran lebar lembahnya lebih besar 1 (satu)
meter hingga beberapa meter
Erosi
Saluran
|
Ø Erosi lembah adalah proses
dari kerja air pada permukaan tanah (terrain) yang berbentuk saluran-saluran
dengan ukuran lebarnya diatas sepuluh meter
Erosi
Lembah
|
Ø Mass Wasting
Mass wasting pada dasarnya adalah gerakan batuan,
regolith, dan tanah kearah kaki lereng sebagai akibat dari pengaruh gaya berat
(gravity) melalui proses rayapan (creep), luncuran (slides), aliran (flows),
rebah (topples), dan jatuhan (falls). Mass wasting umumnya terjadi di daratan
maupun di lautan terutama di lereng benua. Longsoran merupakan satu contoh yang
spektakuler dari mass wasting. Hasil pelapukan batuan yang berada di puncak
puncak bukit akan tertransport sebagai debris ke arah kaki bukit, sedangkan air
sungai bertindak sebagai ban berjalan yang membawa material hasil pelapukan
menjauh dari sumbernya. Walaupun sepanjang perjalanannya, material hasil
pelapukan batuan yang dibawa oleh air sungai kadang-kadang berhenti untuk
sementara waktu, namun pada akhirnya material tersebut akan diendapkan di
tempat terakhir, yaitu di laut.
Mass
Wasting
|
Ø Sidementasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditranport
oleh media air, angin, es/gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di
mulut-mulut sungai adalah hasil dari proses pengendapan material-material yang
diangkut oleh air sungai, sedangkan Sand Dunes yang terdapat di gurun-gurun dan
di tepi pantai adalah hasil dari pengendapan materialmaterial yang diangkut
oleh angin.
Sidementasi
|
B.
Bentuk asal
dalam Geomorfologi:
·
Bentuk Lahan
Menurut Strahler (1983), bentuk lahan adalah
konfigurasi permukaan lahan yang dihasilkan oleh proses alam. Lebih lanjut
Whitton (1984) menyatakan bahwa bentuklahan merupakan morfologi dan
karakteristik permukaan lahan sebagai hasil interaksi antara proses fisik dan
gerakan kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuklahan merupakan bentang permukaan lahan
yang mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan
akibat dari proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu
tertentu. Masing-masing bentuklahan dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal
struktur dan proses geomorfologi, relief/topografi dan material penyusun (Zmit,
2013).
Struktur
geomorfologi memberikan informasi tentang asal-usul (genesa) dari bentuklahan.
Proses geomorfologi dicerminkan oleh tingkat pentorehan atau pengikisan,
sedangkan relief ditentukan oleh perbedaan titik tertinggi dengan titik
terendah dan kemiringan lereng. Relief atau kesan topografi memberikan
informasi tentang konfigurasi permukaan bentuklahan yang ditentukan oleh
keadaan morfometriknya. Litologi memberikan informasi jenis dan karakteristik
batuan serta mineral penyusunnya, yang akan mempengaruhi pembentukan bentuklahan (Zmit, 2013).
Bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk
oleh proses alami yang memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal
dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan tersebut
terdapat. Berdasarkan klasifikasi yang dikemukaan oleh Van Zuidam (1969) dan
Verstappen maka bentuk muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi 8 satuan
bentuklahan utama (geomorfologi), yang dapat masing-masing dirinci lagi
berdasarkan skala peta yang digunakan. Adapun satuan bentuk lahan tersebut
adalah sebagai berikut (Zmit, 2013).
1. Bentuklahan asal struktural
Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses
endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan
pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada
awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol
struktural. Bentuklahan asal struktural adalah sebagai berikut (Suhendra,
2009).
Pegunungan
blok sesar (simbol : S1)
Gawir sesar
(simbol : S2)
Pegunungan
antiklinal (simbol : S3)
Perbukitan
antiklinal (simbol : S4)
Perbukitan
atau pegunungan sinklinal (simbol : S5)
Pegunungan
monoklinal (simbol : S6)
Pegunungan
atau perbukitan kubah (simbol : S7)
Pegunungan
atau perbukitan plato (simbol : S8)
Lembah
antiklinal (simbol : S9)
Hogback atau
cuesta (simbol : S10)
2.
Bentuklahan asal denudasional
Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan
dari proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses
pengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan
biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk
menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan
abrasi, tersangkut ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian
terendapkan.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief. Bentuklahan asal denudasional adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief. Bentuklahan asal denudasional adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Pegunungan
terkikis (simbol : D1)
Perbukitan
terkikis (simbol : D2)
Bukit sisa
(simbol : D3)
Perbukitan
terisolir (simbol : D4)
Dataran
nyaris (simbol : D5)
Kaki lereng
(simbol : D6)
Kipas
rombakan lereng (simbol : D7)
Gawir
(simbol : D8)
Lahan rusak
(simbol : D9)
3.
Bentuklahan
asal gunungapi (vulkanik)
Volkanisme
adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik
ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang
secara umum disebut bentuk lahan gunungapi atau vulkanik. Bentuklahan asal
gunungapi adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Kepundan (simbol
: V1)
Kerucut
gunungapi (simbol : V2)
Lereng
gunungapi (simbol : V3)
Kaki
gunungapi (simbol : V4)
Dataran kaki
gunungapi (simbol : V5)
Dataran kaki
fluvio gunungapi (simbol : V6)
Padang lava
(simbol : V7)
Lelehan lava
(simbol : V8)
Aliran lahar
(simbol : V9)
Dataran
antar gunungapi (simbol : V10)
Leher
gunungapi (simbol : V11)
Boca (simbol
: V12)
Kerucut
parasiter (simbol : V13)
4.
Bentuklahan
asal fluvial
Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat
aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
(sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan
dataran aluvial (Fda) dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun
oleh material sedimen berbutir halus. Bentuklahan asal fluvial adalah sebagai
berikut (Suhendra, 2009).
Dataran
aluvial (simbol : F1)
Rawa, danau,
rawa belakang (simbol : F2)
Dataran
banjir (simbol : F3)
Tanggul alam
(simbol : F4)
Teras sungai
(simbol : F5)
Kipas
aluvial (simbol : F6)
Gosong
(simbol : F7)
Delta (simbol
: F8)
Dataran
delta (simbol : F9)
5.
Bentuklahan
asal marin
Aktifitas marine yang utama adalah abrasi,
sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang
dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar
sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer ke arah
darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana
efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir
ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi
kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api,
perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun. Bentuklahan
asal marin adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Gisik
(simbol : M1)
Dataran
pantai (simbol : M2)
Beting
pantai (simbol : M3)
Laguna
(simbol : M4)
Rataan
pasang-surut (simbol : M5)
Rataan
lumpur (simbol : M6)
Teras marin
(simbol : M7)
Gosong laut
(simbol : M8)
Pantai
berbatu (simbol : M9)
Terumbu
(simbol : M10)
7. Bentuklahan asal pelarutan
Bentuk lahan karst dihasilkan oleh proses pelarutan
pada batuan yang mudah larut. Karst adalah suatu kawasan yang mempunyai
karekteristik relief dan drainase yang khas, yang disebabkan keterlarutan
batuannya yang tinggi. Dengan demikian Karst tidak selalu pada batu gamping,
meskipun hampir semua topografi karst tersusun oleh batu gamping. Bentuklahan
asal pelarutan adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Dataran
karst (simbol : K1)
Kubah karst
(simbol : K2)
Lereng
perbukitan (simbol : K3)
Perbukitan
sisa karst (simbol : K4)
Uvala atau
polye (simbol : K5)
Ledok karst
(simbol : K6)
Dolina
(simbol : K7)
8. Bentuk lahan asal Eolin (angin)
Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang
khas dan berbeda dari bentukan proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh
pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin. Endapan
angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu. Bentuklahan
asal eolin adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Gumuk pasir
(simbol : E1)
Gumuk pasik
barkan (simbol : E2)
Gumuk pasir
pararel (simbol : E3)
9. Bentuklahan asal glasial
Bentukan ini tidak berkembang di
Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di puncak Gunung Jaya
Wijaya, Papua. Bentuk lahan asal glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser
yang menghasilkan suatu bentang alam (Suhendra, 2009).
Semua satuan bentuklahan tersebut
memiliki karakter yang khas dan mencerminkan ciri tertentu. Dengan demikian
maka, dengan mengenal nama satuan bentuklahan akan dapat dibayangkan sifat
alaminya. Satuan bentuklahan ini sangat penting terutama dalam konteks kajian
lingkungan, baik lingkungan fisik, biotis, maupun kultural (Suhendra, 2009).
Bentuk Lahan Asal Organik
Yakni suatu bentukan yang terjadi di dalam lingkungan laut
oleh aktivitas organisme endapan batugamping cangkang dengan struktur tegar
yang tahan terhadap pengaruh gelombang laut pada ekosistem bahar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki
bentuk topografiskhas, akibat pengaruh kuat
dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang
dan waktu kronologis tertentu.
Verstappen (1983) telah
mengklasifikasi bentuklahan berdasarkan genesisnya menjadisepuluh klas
utama. Kesepuluh klas bentuklahan utama itu adalah sebagai berikut :
Ø Bentuklahan asal structural
Ø Bentuklahan asal vulkanik
Ø Bentuklahan asal denudasional
Ø Bentuklahan asal fluvial
Ø Bentuklahan asal marine
Ø Bentuklahan asal glacial
Ø Bentuklahan asal Aeolian
Ø Bentuklahan asal solusional
(pelarutan)
Ø Bentuklahan asal organik
B. Saran.
Untuk Dosen agar lebih spesifik dalam menjelaskan agar
mahasiswa dapat mengerti dalam pembuatan makalah tentang proses dan bentuk asal
geomorfologi
0 komentar:
Posting Komentar