MAKALAH GEOMORFOLOGY SUMATERA
OLEH ; EDUARDUS KOPA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulau Sumatra merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia,dan letaknya di bagian barat Indonesia,pulau Sumatra terbagi dalam beberapa propinsi sehingga dengan jelas keadaan dan kondisi dari setia wilayah yang ada disana.Disebelah utara pulau Sumatra berbatasan debgan teluk banggala,di bagian timur dengan selat malaka,di sebelah selatan dengan selat sunda,dan di sebelah barat dengan samudra hindia.Meskipun suatu daerah berdiri diatas daratan yang sama tetapi keadaan dan kondisi setiap wilayahnya masih ada yang berbeda dan juga ada persamaannya.
Pulau Sumatra merupakan daerah yang dilalui oleh sirkum mediterania sehingga daerah Sumatra banyak memiliki gunung api yang aktif,dan di bagian baratnya terdapat lempeng yang selalu bergerak kearah Sumatra nama lempeng tersebut adalah lempeng indo-australia,karena Sumatra berada diatas lempeng asia yang sifatnya statis (tetap) maka bagian barat tampak terlihat jelas membentuk pegunugan yang tinggi.Pegunungan ini disebut pegunungan Bukit barisan yang terbentang dari utara pulau Sumatra sampai ujung selatan Sumatra dan juga terbentuk blok semangko atau patahan semangko yang terbentang dari utara hingga selatan Sumatra.
Pulau Sumatra berada di daerah katulistiwa sehingga daerah Sumatra beriklim tropis.Menurut Koppen Sumatra termasuk tipe beriklim A karena hujan sepanjang tahun dan daerahnya lembab.
Sebagian besar dari permukaan tanah daratan rendah pulau Sumatra terdiri dari tanah Podsolik merah kuning yang terbentuk dari bahan suduk.Tanah-tanah di daerah pegunungan mempunyai penyebaran yang sangat rumit,tetapiumumnya terdiri dari berbagai tanah podsolik merah kuning yang berasosiasi dengan tanah Latosol atau pun litosol.
Untuk lebih jelas dari latar belakang masalah mengenai kondisi fisiografi pulau Sumatra nanti di jelaskan lebih di bab yang ke-2..
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Memahami Keadaan Geomorfologi Pulau Sumatra?
1.2.2 Mengetahui gunung api yang ada di daerah sumatra?
1.2.3 Bagaimana bentuk muka bumi Sumatra?
1.2.4 Mengapa terjadi adanya cekungan di Sumatra?
1.2.5 Bagaimana kondisi tanah yang ada di Sumatra?
1.2.6 Kondisi iklim yang bagaimana yang ada di Sumatra?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini merupakan bagaimana kita bisa melihat dam mempelajari keadaan dan kondisi di daerah Sumatra terutama berdasarkan geomorfologi dan gejala geologisnya serta kondisi-kondisi lainnya.
BAB II
KONDISI FISIOGRAFI DAN PENGEMBANGAN POTENSI FISIK SUMATRA
Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (menurut data tahun 2004,http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia), sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni tetap, menyebar sekitar katulistiwa, memberikan cuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana lebih dari setengah (65%) populasi Indonesia. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra,Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula sebagai kepulauan Nusantara atau kepulauan Indonesia.
http://www.jakartastreetatlas.com/peta/sumatera.htm
2.1 Geomorfologi Pulau Sumatera
Pulau Sumatera terletak di bagian barat gugusan Kepulauan Nusantara. Di sebelah utara berbatasan dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudera Hindia. Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai besar, antara lain; Asahan (Sumatera Utara), Kampar, Siak dan Sungai Indragiri (Riau),Batang Hari (Sumatera Barat, Jambi), Ketahun (Bengkulu), Musi, Ogan, Lematang,Komering (Sumatera Selatan), dan Way Sekampung (Lampung).
Di bagian barat pulau, terbentang Pegunungan Barisan yang membujur dari utara hingga selatan. Hanya sedikit wilayah dari pulau ini yang cocok digunakan untuk pertanian padi. Sepanjang bukit barisan terdapat gunung-gunung berapi yang hingga saat ini masih aktif, seperti Merapi (Sumatera Barat), Bukit Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Jambi). Pulau Sumatera juga banyak memiliki danau besar, di antaranya Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak,Danau Maninjau, Danau Diatas, dan Danau Dibawah (Sumatera Barat), dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).
Luas Pulau Sumatra ± 435.000 km² memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 Km dari UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41) lebar pulau di bagian Utara berkisar 100 – 200 Km di bagian Selatan mencapai 350 Km. Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia.
Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arahSamudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau Sumatera agak sederhana. Fisiografinya dibentuk oleh rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang memisahkan pantai barat dan pantai timur. Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan jalur pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah di Sumatera Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yang lebarnya ±20 km. Sisi timur dari pantai Sumatra ini terdiri dari lapisan tersier yang sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa tanah rendah aluvial.
2.2 Gunung Berapi di Sumatera
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumisampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagailahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:
- Aliran lava
- Letusan gunung berapi
- Aliran lumpur
- Kebakaran hutan
- Gas beracun
Gunung berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di Jambi, dan dengan gunung berapi lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Nanggroe Aceh Darussalam dan Gunung Dempo di perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan episentrum gempa bumikarena dilintasi oleh patahan kerak bumi disepanjang Bukit Barisan, yang disebutPatahan Sumatra; dan patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra.
2.3 Bentuk Muka Bumi Sumatera
Bentuk permukaan Pulau Sumatera terdiri dari 3 bagian besar: (1). Bukit Barian, (2) Dataran rendah di bagian timur, (3) Jalur perbukitan (kaki timur bukit barisan).
Ø Pegunungan Bukit Barisan adalah jajaran pengunungan yang membentang dari ujung utara (Aceh) sampai ujung selatan (Lampung) pulau Sumatra, memiliki panjang lebih kurang 1650 km. Rangkaian pegunungan ini mempunyai puncak tertinggi Gunung Kerinci yang berlokasi di Jambi, berketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut. Pegunungan Bukit Barisan terletak dekat pertemuan antara pelat tektonik Eurasia dan Australia.
Ø Bukit Barisan Pegunungan.Pegunungan Bukit Barisan di sepanjang jalan rayaBukittinggi-Payakumbuh. Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi,Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung. Titik tertinggi Gunung Kerinci -elevasi 3.805 m (12.484 ft) Panjang 1.025 mi (1.650 km), utara–selatan.
Ø Jalur perbukitan (kaki gunung bukit barisan) adalah bekas cekungan yang tertimbun oleh endapan tebal, yang kemudian terangkat oleh tenaga endogen. Jalur ini banyak terdapat minyak bumi seperti: Sungai Komering, Sungai Bila dan antara Sungai Besitang-Krueng Meureudu.
- Topografi Pulau Sumatera
Secara garis besar topografi Pegunungan Sumatra dapat dibagi kedalam tiga bagian yang menjalur dari Barat Laut – Tenggara sebagai berikut :
a) Bagian Barat, daerah ini berupa dataran memanjang sepanjang pantai yang secara tidak menentu terpotong oleh igir-igir yang menyentuh pantai. Dataran pantai memiliki lebar yang di berbagai tempat tidak sama. Dataran pantai yang lebar hanya terdapat di beberapa tempat di antaranya di Meolaboh dan Singkil di Sumatra Utara.
b) Bagian Tengah, bagian ini merupakan jalur vulkanis (Inner Arc) yang menduduki bagian tengah Pulau Sumatra dengan posisi agak ke Barat. Jalur ini dikenal denan sebutan Bukit Barisan. Bukit barisan ini memiliki lebar yang tidak sama. Bukit Barisan (Zone Barisan) mengalami peristiwa-peristiwa geologis yang berulang-ulang. Zone Barisan dapat diuraikan menjadi tiga yaitu Zona Barisan Selatan, Zone Barisan Tengah dan Zona Barisan Utara (Van Bemmelen, 1949, 678).
- Zona Barisan Sumatera Selatan
Zona ini dibagi menjadi tiga unit blok sesaran yaitu :
- Blok Bengkulu (The Bengkulu Block)
Pada Bagian Barat membentuk monoklinal dengan kemiringan 5 – 10° ke arah Laut India (Indian Ocean) dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur Laut Blok Bengkulu adalah Semangko Graben, Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk Semangko di Selat Sunda. Sedangkan panjang Graben Semangko yang membentang dari Danau Ranau – Kota Agung di Teluk Semangko adalah 45 Km dan lebarnya 10 Km.
- Blok Semangko (The Semangko Block)
Terletak diantara Zone Semangko Sesaran Lampung (Lampung Fault). Bagian Selatan dari blok Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian Utara Blok Semangko (Central Block) berbentuk seperti Dome (diameter + 40 Km).
Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau Sumatera dari utara ke selatan, dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka diLampung. Patahan inilah membentuk Pegunungan Barisan, suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini. Patahan Semangko berusia relatif muda dan paling mudah terlihat di daerah Ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat Kota Bukittinggi.
Patahan ini merupakan patahan geser, seperti patahan San Andreas diCalifornia. Memanjang di sepanjang Pulau Sumatra, mulai dari ujung Aceh hingga Selat Sunda, dengan bidang vertikal dan pergerakan lateral meng-kanan (dextral-strike slip).
Sesar ini menyebabkan terjadinya gempa di darat oleh sebab pelepasan energi di sesar/patahan Semangko apabila sesar tersebut teraktifkan kembali (peristiwa reaktivasi sesar) dengan bergesernya lapisan batuan di sekitar zona sesar tersebut. Pergerakan sesar yang merupakan salah satu sesar teraktif di dunia ini diyakini disebabkan oleh desakan lempeng India-Australia ke dalam lempeng Eurasia.
Bagian barat sesar ini bergerak ke utara dan bagian timur bergerak ke selatan. Jika lama tidak terjadi gempa besar, artinya sedang terjadi pengumpulan energi di patahan tersebut. Di sepanjang Patahan Sumatera ini terdapat pula ribuan patahan kecil yang juga dapat mengakibatkan rawan gempa. Seperti halnya gempa asal laut, gempa darat di Sumatera biasanya juga cukup besar dan menyebabkan kerusakan yang cukup parah.
Ngarai Sianok, terbentuk akibat adanya patahan Semangko.
- Blok Sekampung (The Sekampung Blok)
Blok Sekampung merupakan sayap Timur Laut Bukit Barisan di Sumatra Selatan. Blok ini merupakan Pasang Blok Bengkulu. Kalau dilihat secara keseluruhan maka Zone Barisan bagian Selatan (di daerah Lampung) memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di mana Bengkulu Block sebagai sayap Barat Daya, lebar 30 Km kemudian Sekampung Blok sebagai sayap Timur Laut, lebar 35 Km dan puncak geantiklinnya adalah central block (Blok Semangko) dengan lebar 75 Km.
2. Zone Barisan Sumatra Tengah
Zona Barisan di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di Padang Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang sebagai pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara Padang, sayap Bukit Barisan Barat Daya di duduki oleh Danau Maninjau (a volcano tectonic trought), Gunung Talakmau dan Gunung Sorikmarapi.
Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949, 667) membentang memanjang searah dengan Sistem Barisan baik di Sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap Timur Laut yang terletak di Utara Danau Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak sampai ke Rau berstruktur Horst dan Graben dengan posisi memanjang.
3. Zona Barisan Sumatra Utara
Zona Barisan Sumatra Utara dibagi menjadi dua unit yang berbeda (Van Bemmelen, 1949, 687) yaitu Tumor Batak dan pegunungan di Aceh.
- Tumor Batak (The Batak Culmination with the Lake Toba)
Tumor Batak, panjang 275 Km dan lebar 150 Km. puncak tertinggi Gunung Sibuatan 2.457 m di bagian Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao 2151 terletak di bagian Timur Toba. Di bagian Tenggara adalah G. Surungan 2.173 m dan dibagian barat adalah Gunung Uludarat 2.157 m. Sejarah pembentukan Tumor Batak tidak diuraikan di sini mengingat memiliki sejarah volcano tectonic yang panjang dan lebih banyak bersifat geologis.
- Pegunungan di Aceh
Van Bemmelen menyebutkan bahwa pegunungan Barisan di Aceh belum banyak disingkap sehingga pembicaraan mengenai pengaruh penggangkatan pada plio-pleistocene terhadapsistem Barisan di Aceh sangat sedikit. Bagian utara Zone Barisan dimulai dengan pegunungan di Aceh yang searah dengan Lembah Krueng Aceh. Jalur ini terus menyambung kearah Tenggara ke pegunungan Pusat Gayo dengan beberapa puncak seperti Gunung Mas 1.762m, Gunung Bateekebeue 2.840 m, Gunung Geureudong 2.590 m, Gunung Tangga 2,500 m, Gunung Abongabong 2.985 m, G. Anu 2.750 m, Gunung Leiser 3.145 m, untuk G. Leuser letaknya agak ke Barat bila dibanding dengan posisi gunung lainnya. Dari uraian Zone Barisan maka terdapat satu keistimewaan di mana pada bagian puncak Zone Barisan terdapat suatu depresi yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut. Depresi ini di beberapa tempat terganggu oleh lahirnya kenampakan baru sebagai hasil peristiwa tektovulkanik maupun erupsi vulkan.
c) Bagian Timur Pulau Sumatra sebagian besar berupa hutan rawa dan merupakan dataran rendah yang sangat luas. Dataran rendah ini menurut Dobby merupakan dataran terpanjang yang tertutup rawa di daerah tropik di Asia Tenggara (Djodjo dkk, 1985, 42). Bagian Timur Sumatra selalu mengalami perluasan sebagai hasil pengendapan material yang terbawa oleh aliran sungai dari sayap Timur Zone Barisan.
Di bagian arah Barat Pulau Sumatra (di Samudera India) terdapat deretan pulau-pulau yang bersifat non vulkanik. Rangkaian pulau-pulau ini merupakan outerarc. Posisi pulau-pulau memanjang arah Barat Laut – Tenggara. Di bagian Timur Pulau Sumatra terdapat Kepulauan Riau, bangka, Belitung, Lingga, Singkep.
2.4 Cekungan di Pulau Sumatera
2.4.1 Cekungan Sumatera Tengah
Cekungan Sumatera tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier penghasil hidrokarbon terbesar di Indonesia. Cekungan Sumatra tengah ini relatif memanjang Barat laut-Tenggara, dimana pembentukannya dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-Australia dibawah lempeng Asia. Batas cekungan sebelah Barat daya adalah Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier, sedangkan ke arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu Pegunungan Tiga puluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatra tengah dengan Cekungan Sumatra selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut yaitu Busur Asahan, yang memisahkan Cekungan Sumatra tengah dari Cekungan Sumatra utara.
2.4.2 Cekungan Sumatera Selatan
Secara fisiografis Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan Tersier berarah barat laut – tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sunda di sebelah timur laut, Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkan cekungan tersebut dengan Cekungan Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah.
2.4.3 Tektonik Regional
Blake (1989) menyebutkan bahwa daerah Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan busur belakang berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai bagian dari lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India. Daerah cekungan ini meliputi daerah seluas 330 x 510 km2, dimana sebelah barat daya dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur oleh Paparan Sunda (Sunda Shield), sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh dan ke arah tenggara dibatasi oleh Tinggian Lampung.
Menurut Salim et al. (1995), Cekungan Sumatera Selatan terbentuk selama Awal Tersier (Eosen – Oligosen) ketika rangkaian (seri) graben berkembang sebagai reaksi sistem penunjaman menyudut antara lempeng Samudra India di bawah lempeng Benua Asia.
Menurut De Coster, 1974 (dalam Salim, 1995), diperkirakan telah terjadi 3 episode orogenesa yang membentuk kerangka struktur daerah Cekungan Sumatera Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah, tektonik Kapur Akhir – Tersier Awal dan Orogenesa Plio – Plistosen.
Episode pertama, endapan – endapan Paleozoik dan Mesozoik termetamorfosa, terlipat dan terpatahkan menjadi bongkah struktur dan diintrusi oleh batolit granit serta telah membentuk pola dasar struktur cekungan. Episode keduapada Kapur Akhir berupa fase ekstensi menghasilkan gerak – gerak tensional yang membentuk graben dan horst dengan arah umum utara – selatan. Episode ketigaberupa fase kompresi pada Plio – Plistosen yang menyebabkan pola pengendapan berubah menjadi regresi dan berperan dalam pembentukan struktur perlipatan dan sesar sehingga membentuk konfigurasi geologi sekarang. Pada periode tektonik ini juga terjadi pengangkatan Pegunungan Bukit Barisan yang menghasilkan sesar mendatar Semangko yang berkembang sepanjang Pegunungan Bukit Barisan.
2.4.4 Cekungan Bengkulu
Cekungan Bengkulu adalah salah satu cekungan fore-arc di Indonesia. Cekungan forearc artinya cekungan yang berposisi di depan jalur volkanik (fore-arc;arc = jalur volkanik). Tetapi, kita menyebutnya demikian berdasarkan posisi geologinya saat ini.
Berdasarkan berbagai kajian geologi, disepakati bahwa Pegunungan Barisan (dalam hal ini adalah volcanic arc-nya) mulai naik di sebelah barat Sumatra pada Miosen Tengah. Pengaruhnya kepada Cekungan Bengkulu adalah bahwa sebelum Misoen Tengah berarti tidak ada forearc basin Bengkulu sebab pada saat itu arc-nya sendiri tidak ada.
Begitulah yang selama ini diyakini, yaitu bahwa pada sebelum Miosen Tengah, atau Paleogen, Cekungan Bengkulu masih merupakan bagian paling barat Cekungan Sumatera Selatan. Lalu pada periode setelah Miosen Tengah atau Neogen, setelah Pegunungan Barisan naik, Cekungan Bengkulu dipisahkan dari Cekungan Sumatera Selatan. Mulai saat itulah, Cekungan Bengkulu menjadi cekungan forearcdan Cekungan Sumatera Selatan menjadi cekungan backarc (belakang busur).
Cekungan Bengkulu merupakan salah satu dari dua cekungan forearc di Indonesia yang paling banyak dikerjakan operator perminyakan (satunya lagi Cekungan Sibolga-Meulaboh). Meskipun belum berhasil menemukan minyak atau gas komersial, tidak berarti cekungan-cekungan ini tidak mengandung migas komersial. Sebab, target-target pemboran di wilayah ini (total sekitar 30 sumur) tak ada satu pun yang menembus target Paleogen dengan sistem graben-nya yag telah terbukti produktif di Cekungan-Cekungan Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan.
Gradient geothermal yang besar ini merupakan anomali pada sebuah forearc basin yang rata-rata di Indonesia sekitar 2.5 F/100 ft atau di bawahnya (Netherwood, 2000); Bila dibandingkan cekungan forearc lain, memang banyak publikasi menyebutkan thermal Cekungan Bengkulu di atas rata-rata. Itu pula yang dipakai sebagai salah satu pemikiran bahwa Cekungan ini dulunya bersatu dengan Cekungan Sumatera Selatan (pada Paleogen)—pemikiran yang juga didukung oleh tatanan tektonostratigrafinya.
Gradient geothermal dipengaruhi konduktivitas termal masing-masing lapisan pengisi cekungan dan heatflow dari basement di bawah cekungan. Apabila basementnya kontinen, maka ia akan punya heatflow yang relatif lebih tinggi daripada basement intermediat dan oseanik. Selain itu, kedekatan dengan volcanic arc akan mempertinggi thermal background di wilayah ini dan berpengaruh kepada konduktivitas termal. Gradient geothermal yang diluar kebiasaan ini, tentu saja baik bagi pematangan batuan induk dan generasi hidrokarbon.
- Bentuk-bentuk Lahan
ü Bentuk lahan struktural
Ngarai Sianok, terbentuk akibat adanya patahan Semangko
ü Bentuk lahan vulkanik
ü Bentuk lahan pelarutan
Gua Harimau di wilayah Desa Padang Bindu, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan
ü Bentuk lahan fluvial
Pulau Kemaro, di tengah sungai Musi, Palembang Sumatera Selatan
ü Bentuk lahan marin
Bungus Bay, Padang
2.5 Gosong Sinyaru
Letak Gosong sinyaru ini Terletak di dekat Pulau sinyaru Kodya padang berjarak kira-kira 3 mil arah selatan teluk bayur. Hanya sekitar 40 menit dari pelabuhan Muara Padang atai sekitar 30 menit dari TPI Bungus, kita sudah sampai kepulau ini dengan mempergunakan perahu 80 HP. Pulau ini merupakan pulau yang relatif kecil yang terletak lebih kurang 11 mill dari pusat kota Padang. Setiap harinya puluhan kapal-kapal nelayan bagan yang berasal dari kawasan Bungus lego jangkar di sekitar perairan pulau ini untuk berlindung dan menunggu hari sore untuk berangkat ketengah laut mencari ikan. Pantainya terdiri dari pasir putih halus dan landai. Keindahan bawah lautnya dapat dilihat di sekeliling pulau yang ditumbuhi oleh karang dari acropora bercabang, heliopora, pada kedalaman 2-3 meter lebih didominasi oleh pertumbuhan karang-karang lunak. Pertumbuhan karang ditemukan sampai dengan kedalaman 15 meter menjadikan panorama lautnya menjadi indah untuk diselami. Lokasi ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat penyelaman scuba dan snorkelling karena didukung oleh kejernihan air dan keanekaragaman terumbu karangnya yang cukup padat.
ü Bentuk lahan biologis
Langkat, Sumut – Kerusakan hutan mangrove (bakau), karena beralih fungsi menjadi lahan tambak dan kebun sawit, semakin nyata terjadi di berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
ü Bentuk lahan antropogenik
Pelabuhan Baai Bengkulu Terletak Di Pantai Barat Pulau Sumatera
Sawahlunto Merupakan Kota Kecil Yang Terletak di Sumatera Barat,
ü Bentuk lahan denudasional
2.6 Bukit Maninjau
Bencana tanah longsor dari perbukitan Leter W di pinggiran Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, awal Oktober 2009 dan merusak empat jorong (kampung) merupakan peristiwa ulangan yang pernah terjadi tahun 1980.
ü Bentuk lahan glasial
ü Bentuk lahan angin
Pantai sebelah timur Sumatra dan daerah hilir dari sungai-sungai besar, terdiri tanah aluvial Hidromorfik dan ke arah hujan jenis tanahnya berupa aluvial maupun tanah Hidromorfik Kelabu. Hal ini menyebabkan daerah hulu sangat strategis untuk daerah perkebunan. Tanah rawa di sebelah timur Riau, Jambi dan selatan umumnya terdiri dari tanah Organosol, yaitu jenis tanah ini juga terdapat di tenggara dan selatan Sumatra Utara, Aceh Barat, serta di barat laut dan selatan Sumatra Barat.
Sebagian besar dari permukaan tanah dataran rendah Pulau Sumatra terdiri dari tanah Podsolik Merah Kuning yang terbentuk dari bahan suduk. Tanah-tanah di daerah pegununngan mempunyai penyebaran yang sangat rumit, tetapi umumnya masih terdiri dari berbagai bentuk tanah Podsolik Merah Kuning yang berasosiasi dengan tanah Latosol ataupun Litosol. Daerah berbatu kapur di tutupi oleh tanah coklat dan tanah Renzina. Tanah Andosol dan tanah Podsolik Coklat dijumpai di atas batuan Vulkanik.
Tanah-tanah di Sumatra Barat cukup bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh bentuk wilayah, batuan induk dan iklim. Tanah yang dijumpai terdiri dari tanah organik dan tanah mineral. Tanah organik dalam sistim klasifikasi Taksonomi Tanah USDA termasuk ordo Histosol dan mencapai luas 120.900 ha. Nama tanah mineral, menurut sistem Taksonomi Tanah, di daerah ini terdiri dari: (1) Inceptisols dengan luas 2.223.000 ha; (2) Andisols luasnya mencapai 359.200 ha; (3) Ultisols seluas 635.500 ha; (4) Oxisols tersebar sampai 133.600 ha; (5) Entisols 111.800 ha dan (6) Alfisols mencapai 64.680 ha. Tanah Ultisols dan Oxisols tergolong tanah tua dan telah mengalami proses pelapukan lanjut, terutama pada tanah yang berasal dari batuan Pretersier dan Tersier, bersolum dalam, tekstur halus, bereaksi masam, miskin unsur hara dan kationbasa. Tanah Entisols merupakan tanah muda yang baru terbentuk sedangkan Inceptisols dan Andisols adalah tanah yang lebih berkembang.dibandingkan dengan Entisols. Alfisols tergolong kepada tanah yang telah berkembang dengan sempurna dan mengandung kation basa yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan Inceptisos, Ultisols ataupun Oxisols. Dengan demikian Alfisols lebih subur dari tanah jenis lainnya. Kesuburan yang baik dari Alfisols ini disebabkana tanah ini mempunyai bahan induk karst atau batukapur yang kaya akan Ca dan Mg sehingga kejenuhan basanya > 35%.
Iklim Indonesia secara umum dipengaruhi oleh kondisi musim yang menghasilkan Arus Monsun Indonesia (Armondo). Dan karena letak Indonesia yang berada diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menimbulkan Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Hal lain yang mempengaruhi kondisi musim di Indonesia adalah posisi Matahari yang melintasi ekuator dua kali setiap tahun. Pada saat kedudukan matahari di atas belahan bumi utara menyebabkan tekanan rendah di belahan bumi utara di Asia dan tekanan tinggi di belahan bumi selatan di Australia. Hal inilah yang mengakibatkan di Indonesia terjadi sirkulasi sistem monsun yang ditandai dengan terbentuknya hutan tropika basah di sebagian besar wilayah Indonesia. Secara umum, Indonesia mengalami musim hujan pada periode Oktober – Maret dan musim kemarau pada periode April – September, dengan masa transisi menjelang awal/akhir periode tersebut.
Sumatera tergolong daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Oktober dan Januari, kadang hingga Februari. Berdasarkan iklim ini, Sumatra memiliki hutan gambut yang umumnya berada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatra, hutan hujan tropis, dan hutan muson. Selain itu juga memiliki Hutan hujan tropis yang umumnya menempati daerah tipe iklim A dan B pula. Jenis hutan ini menutupi sebagian besar Pulau Sumatra. Hutan Mangrove berada di pantai timur Sumatra. Dari pola hujan Sumatra Utara termasuk tipe hujan equatorial artinya puncak hujan terjadi dua kali setahun pada saat posisi matahari berada di atas equator. Atau tepatnya puncak curah hujan terjadi satu bulan setelah matahari tepat di atas khatulistiwa: yaitu bulan April/Mei atau Oktober/November.
Menurut Oldeman, Sumatra Utara bagian timur (pantai timur dan lereng timur) semakin menuju pantai atau hilir, curah hujan semakin rendah atau tipe E2, sebaliknya semakin menuju ke lereng pegunungan atau hulu curah hujan semakin tinggi (tipe C1, B1 atau A). Bahkan di Langkat dan Simalungun daerah hulu merupakan tipe A, artinya bulan basah lebih dari 9 bulan atau hampir sepanjang tahun terjadi hujan. Sebaliknya di bagian barat (pantai barat-lereng barat) curah hujan semakin besar menuju pantai (hilir) dan semakin kecil menuju lereng pegunungan atau hulu. Demikian juga di pantai barat tipe iklimnya A artinya hampir sepanjang tahun hujan terjadi.
Menurut Oldeman, Sumatra Utara bagian timur (pantai timur dan lereng timur) semakin menuju pantai atau hilir, curah hujan semakin rendah atau tipe E2, sebaliknya semakin menuju ke lereng pegunungan atau hulu curah hujan semakin tinggi (tipe C1, B1 atau A). Bahkan di Langkat dan Simalungun daerah hulu merupakan tipe A, artinya bulan basah lebih dari 9 bulan atau hampir sepanjang tahun terjadi hujan. Sebaliknya di bagian barat (pantai barat-lereng barat) curah hujan semakin besar menuju pantai (hilir) dan semakin kecil menuju lereng pegunungan atau hulu. Demikian juga di pantai barat tipe iklimnya A artinya hampir sepanjang tahun hujan terjadi.
Seperti halnya curah hujan untuk bagian timur Sumatra Utara di hulu lebih besar dari di hilir, sementara di bagian barat hilir lebih besar dari di hulu. Untuk DAS dipantai timur umumnya panjang dan luas sehingga potensi air hujan yang ditangkap cukup besar dan perlu pengelolaan yang serius supaya supaya tidak banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Untuk DAS di bagian barat rata-rata kecil dan tidak panjang, kecuali DAS Batang Natal. Dengan perkembangan perkotaan curah hujan di lereng yang menghadap pantai dan perkotaan pun akan bertambah besar, sebab angin ke arah lereng akan didorong angin laut yang kuat, hal ini mengakibatkan hujan orografis akan semakin mudah terbentuk, maka intensitas hujan pun akan semakin tinggi. Hujan orografis dapat terjadi dengan mudah di Sumatera dikarenakan oleh adanya deretan pegunungan Bukit Barisan, dimana masa udara dipaksa naik oleh adanya pegunungan tersebut, sehingga terjadilah hujan orografis tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pulau Sumatra merupkan salah satu pulau terbesar di Indonesia. Pulau Sumatra tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh keberadaan lempeng samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan lempeng benua. Secara fisiografis Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan Tersier berarah barat laut-tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sunda di sebelah timur laut, ketinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkan cekungan tersebut dengan Cekungan Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatra Tengah. Elemen orografis yang utama adalah Bukit Barisan yang panjangnya 1650 km dan lebarnya ±100 km (puncak tertingginya ialah Gunung Kerinci dan Gunung Indrapura 3800 m). Bukit Barisan merupakan rangkaian sejumlah pegunungan yang sejajar atau colisses yang setelah cabang lainnya ke luar dari arah pokok barat laut tenggara, dikatakan bahwa arahnya lebih ke arah timur barat dan merosot (menurun) ke arah tanah rendah di bagian timur.
Sumatera tergolong daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Oktober dan Januari, kadang hingga Februari. Berdasarkan iklim ini, Sumatra memiliki hutan gambut yang umumnya berada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatra, hutan hujan tropis, dan hutan muson.
3.2 Saran
Saran kepada kita semua baik sebagai guru,dosen,maupun mahasiswa perlu tahu akan kondisi dan situasi suatu wilayah,Karena keadaan muka bumi selalu bersifat statis.Perlu adanya berbagai referensi yang yang nantinya sebagai ilmu dalam mempelajari keadaan suatu wilayah apalagi wilaya kita Indonesai.
Dengan senang hati kalau ada orang yang memberi masukan akan makalah ini,sebab dari situlah penulis bisa memperbaiki makalah ini dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adriansyah, Dony. 2008. Gempa Bumi di Sumatera Barat.http://donyadriansyah.blogspot.com/2008/08/gempa-bumi-mengapa-di-sumatra-barat.html
Adriansyah, Hidayat. 2008. Geologi Regional Cekungan Sumatera Selatan.http://hidayatardiansyah.wordpress.com/2008/02/12/geologi-regional-cekungan-sumatera-selatan/
Anonim. 2009. Geomorfologi Sumatera. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;http://www.geografi.web.id/2009/08/geomorfologi-sumatera.html
Anonim. 2009. Geologi Daerah Sumatera. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;http://geologi2002-geoiunpak.blogspot.com/2009/07/geologi-daerah-sumatra.html
Anonim. 2009. Danau Buatan Ditargetkan Jadi Kawasan Wisata Sumatera. Diakses pada; 21/12/2010. Tersedia di; http://riauku.wordpress.com/2009/01/08/danau-buatan-ditargetkan-jadi-kawasan-wisata-sumatera/
Iskandar, Rudi. ………. Kuliah 1 GeoRegional Indonesia. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di; http://www.slideshare.net/rudiiskandar/kuliah-1-geo-regional-indonesia
Rovicky. 2009. Gempa Retakan Kerak Bumi Membentuk Danau Malawi. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di; http://rovicky.wordpress.com/2009/12/20/gempa-retakan-kerak-bumi-membentuk-danau-malawi/
Wikipedia. ………. Pegunungan Bukit Barisan. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di; http://id.wikipedia.org/wiki/Pegunungan_Bukit_Barisan
Wikipedia. ………. Geografi Indonesia. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar