Subscribe:

Ads 468x60px

Sample Text

Rabu, 18 November 2015

“Kondisi Fisiografis dan Pengembangan Potensi Fisik NT (Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur)”

MAKALAH
“Kondisi Fisiografis dan Pengembangan Potensi Fisik NT
(Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur)”
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia
 Dosen Pembimbing : Yuli Ifana Sari S.Pd








Oleh :

Eduardus Kopa (100401050143)

Universitas Kanjuruhan Malang
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan Pendidikan Geografi
2011




DAFTAR ISI
Halaman Sampul.....................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................................ii
Daftar Gambar dan Tabel..............................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................I
PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penulisan Makalah..........................................................................................I
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................II
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................................................II
BAB II...........................................................................................................................................01
PEMBAHASAN...........................................................................................................................01
2.1 Keadaan Fisiografis Nusa Tenggara dan Pengembangan Potensinya.....................................01
2.1.1  Kondisi Geologi......................................................................................................01
2.1.2  Kondisi Geomorfologi............................................................................................05
2.1.3 Kondisi Iklim...........................................................................................................08
2.1.4 Kondisi  Tanah.........................................................................................................11
2.1.5 Kondisi Hidrologi....................................................................................................14
2.2 Pengembangan Potensi Wilayah.............................................................................................19
            2.2.1 Kondisi Kelautan.....................................................................................................19
            2.2.2 Sektor Pertanian.......................................................................................................23
            2.2.3 Peternakan................................................................................................................25
2.2.4 Pertambangan..........................................................................................................26
2.2.5 Pariwisata................................................................................................................27
Bab III.........................................................................................................................................III
PENUTUP...................................................................................................................................III
Kesimpulan...................................................................................................................................IV
Saran.............................................................................................................................................V
Daftar Referensi...........................................................................................................................VI

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
1.      Gambar 1         : Peta Kepulauan Nusa Tenggara
2.      Tabel 1                        : Keadaan Iklim NTT
3.      Tabel 2                        : Penyebaran Jenis Tanah Di Kabupaten Bima
4.      Tabel 3                        : DAS Per Kabupaten di Provinsi NTT




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kepulauan Nusa tenggara terletak di indonesia tengah yang tersebar sepanjang 2.850 km dari barat ke timur (1150 49’ BT sampai 1340 54’ BT) dan 1.450 km dari utara ke selatan (2036’ LU sampai 110 LS). Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau jawa dan kepulauan banda terdiri dari pulau kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan dengan pulau jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan banda, bagian utara dibatasi oleh laut flores dan bagian selatan dibatasi oleh samudra hindia. Terdapat lima pulau besar yaitu bali, lombok, sumbawa, flores dan sumba. Selain itu terdapat pulau-pulau kecil lainnya.
Kondisi fisik nusa tenggara sangat berbeda dengan kawasan lainnya di indonesia. Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia, dan tidak memiliki pulau besar, seperti jawa dan sumatera. Asal usul kepulauan ini dan proses-proses yang di alami dalam pembentukan pulau-pulau yang sampai sekarang masih terjadi sangat mempengaruhi posisi, ukuran, dan bentuk pulau. Sebagian besar pulau-pulau di kawasan ini, secara geologis masih sangat muda, umumnya berkisar antara 1-15 tahun dan tidak pernah merupakan bagian dari masa daratan lain yang lebih besar. Kerumitan kondisi geologi nusa tenggara disebabkan oleh posisinya di persimpangan 3 lempeng geologis yaitu lempeng asia, lempeng australia, lempeng pasifik dan dua benua yaitu asia dan australia secara geologi nusa tenggara berada pada busur banda.
Rangkaian pulau ini dibentuk secara geologi oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik deretan pegunungan di nusa tenggara di bangun tepat di zona subduksi indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalam magmanya kira-kira mencapai 165-200km sesuai dengan peta tektonik hamilton (1979). Pulau-pulau di Nusa tenggara terletak pada dua jalur greantiklinal, yang merupakan perluasan busur banda disebelah barat. Greantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau romang, wetar, kambing, alor, pantar, lomblen, solor, ardonara, flores, rinca, komodo, sumbawa, lombok, dan bali.
Kondisi iklim di Nusa tenggara barat maupun timur tidak mempunyai perbedaan yang mencolok, hal ini terlihat dengan adanya kondisi alam yang hampir sama diwilayah tersebut, misalnya terdapat padang rumput yang luas sehingga mempengaruhi iklim yang ada. Selain itu juga karena wilayah nusa tenggara yang berbentuk pulau-pulau sempit juga mempengaruhi iklim yang ada disana. Nusa tenggara tergolong beriklim kering yang diantaranya ditandai dengan jumlah curah hujan yang sedikit, dan tidak terbagi merata. Selain itu pada daerah dengan iklim kering ditandai dengan luasnya padang rumput. Berdasarkan penyebarannya, maka prosentasi jenis-jenis tanah di wiliayah Nusa tenggara timur antara lain terdiri dari tabah mediteran 51%, tanah-tanah kompleks 32,25%, latosol 9,72%, grumosol 3,25%, andosol 1,93%, regosol 0,19%, dan jenis tanah aluvial 1,66%  nusa tenggara merupakan kepulauan yang dikelilingi laut dan terletak di pesisir pantai, hal ini juga akan mempengaruhi kondisi hidrologi.
Secara umum keadaan hidrologi nusa tenggara sangat bergantung pada curah hujan setempat. Wilayah perairan laut nusa tengara termasuk pada perairan laut dalam dengan dasar perairan yang terdiri dari batu karang dan pasir. Meskipun curah hujan di kabupaten lombok relativ rendah, di wilayah kota ini mengalir 4 buah sungai yang cukup besar dan potensial sebagai sumber mata air permukaan. Sungai yang terdapat di propinsi Nusa tanggara timur pada umumnya mempunyai fluktuasi aliran air yang cukup tinggi, pada musim penghujan berair dan banjir, sedangkan pada musim kemarau berkurang bahkan ada yang tidak berair sama sekali.
Pemanfaatan lahan untuk pengembangan potensi wilayah kepulauan nusa tenggara berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi fisik lahan yang bervariasi dalam hal topografi, kelerengan, kesuburan tanah dan pasang surut air.














1.2  Rumusan Masalah
Bagaimana Kondisi Fisik Nusa Tenggara dan Bagaimana Pengembangan Potensi Wilayah
Kondisi fisik :
  • -          Kondisi geologis
  • -          Kondisi geomorfologi
  • -          Kondisi iklim
  • -          Kondisi tanah
  • -          Kondisi hidrologi

Potensi wilayah :
  • -          Kondisi kelautan
  • -          Pertanian
  • -          Peternakan
  • -          Pertambangan

-         Pariwisata
1.3  Tujuan 
Mengetahui Kondisi Fisik Nusa Tenggara :
  • -          Kondisi Geologis
  • -          Kondisi Geomorfologi
  • -          Kondisi Iklim
  • -          Kondisi Tanah
  • -          Kondisi Hidrologi

Mengetahui Pengembangan Potensi Nusa Tenggara :
  • -          Kondisi Kelautan
  • -          Pertanian
  • -          Peternakan
  • -          Pertambangan
  • -         Pariwisata


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keadaan Fisiografis Nusa Tenggara
2.1.1 Kondisi Geologis
Kondisi Geologis Nusa Tenggara berada bagian timur pulau jawa dan kepulauan banda terdiri dari pulau-pulau kecil dan lembah sungai. secara geologi nusa tenggara berada pada busur banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda.
Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat zona subduksi indo-australia pada kerak samudra dan dapat diinterpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik hamilton.
Gambar 1 :  Peta Kepulauan Nusa Tenggara

















A.    Nusa Tenggara Bagian Barat
Struktur geologi NTB. Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur tersier dan termuda berumur kuarter, didominasi oleh batuan gunung api serta aluvium (recent). Batuan tersier di pulau lombok terdiri dari perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-lensa batu gamping, batu gamping dan dasit. Sedangkan di pulau sumbawa terdiri dai lava, breksi, tufa, andesit, batu pasir, tufa, batu lempung, dasit, tonalit, dasitan, batu gamping berlapis, lempung tufan. Batu kuarter di pulau lombok terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan di pulau sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunung api tanah merah, gunung api tua, gunung api sangeangapi, gunung tambora, gunungapi muda dan batu gamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di pulau sumbawa dan lombok.
Berdasarkan tatanan geologi indonesia, wilayah Nusa Tenggara Barat terletak pada pertemuan 2 lempeng besar (lempeng hindia-australia dan lempeng eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan satu sama lain. Batas lempeng ini merupakan daerah yang sangat labil ditandai dengan munculnya tiga gunung aktiv tipe A (Rinjani, Tambora dan Sangeangapi).
Struktur  geologi yang kita jumpai di jawa dapat ditelusuri sampai di pulau flores. hanya geantiklinlnya sebagian besar telah mengalami tektonik sekunder dermal meluncur ke dasar laut di sebelah utaranya. Stutterhein (1922) mengemukakan bahwa sejarah hindu, pulau bali terpisah dari pulau jawa pada tahun 280 M. Perluasan ke timur dari busur dalam vulkanis adalah rangkaian pulau-pulau Bali-Lombok-Sumbawa-Flores.
Disetiap pulau tersebut dijumpai zona-zona seperti jawa timur misalnya zona solo yang terisi vulkan kuater menempati bagian utara pulau bali (G. Batur, G. Agung), bagian utara pulau lombok (G. Rinjani), mulai tidak nampak di pulau sumbawa karena geatiklinalnya tenggelam di dasar laut membentuk teluk sholeh, di P. Flores bekas geantiklinal masih nampak di pulau komodo dan P. Rinca dan juga teluk maumere di Flores timur. Busur laut non vulakanisnya berupa pegunungan dasar laut sebelah selatan deretan pulau-pulau tersebut.
B.     Nusa Tenggara Bagian Timur
Bagian timur nusa tenggara mulai dari alor-kambing-wetar-romang, disebut orogene timor dengan pusat undasi di L. Flores. Evolusi orogenik daerah nusa tenggara bagian timur ini agak kompleks karena pada masa mesozoikum muda terjadi penggelombangan yang termasuk sirkum australia menghasilkan busur dalam dari P. Sumba kearah timur laut dan busur luar melalui P. Sawu ke timur laut, namun memasuki periode tertier daerah ini mengalami penggelombangan dengan pusat undasi di laut flores sebagai bagian dari sistem pegunungan sunda. Keganjilan-keganjilan yang nampak seperti posisi pulau sumba di interdeep, garis arah busur  luar rote-timor ke arah timur laut dan sebagainnya, menurut Van Bemmelen adalah warisan dari evolusi geologis terdahulu yang tidak dapat dikaitkan dengan sistem penggelombangan masa tertier dari pegunungan sunda.

Adapun daerah undasi di orogene timor sebagai berikut :
·         Busur dalam          : alor-kambing-wetar-romang, tidak memperlihatkan tanda-tanda vulkanis.
·         Palung Antara       : Pulau Sumba-L. Sawu
·         Busur luar              : Dana-Rajjua-Sawu-Rote-Semau-Timor.
·         Backdeep              : Punggungan,  batutaza brouwer (1917) mengemukakan absennya aktivitas vulkanisme di daerah ini karena jalan keluarnya magma tersumbat sebagai akibat dari pergeseran lempeng australia ke utara. Pendapat Brouwer ini mendapat tantangan dari para ahli , belakangan ini termasuk Van Bemmelen karena tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya pergeseran secara lateral ke utara disekitar P. Bantar- P. Alor, tempat mulai absennya aktivitas vulkanisme kearah timur. Juga tidak ada perubahan arah struktural apada busur luar yang menandakan pangaruh tekanan blok australia, padahal busur luar inilah yang akan terlebih dahulu menerima tekanan tersebut. Lebih jauh, Van Bemmlen mengemukakan alasannya bahwa bila ditelusuri terus ke timur maka deretan busur dalam yang tidak vulkanis ini tidak bersambung dengan deretan busur dalam damar-banda yang vulkanis, tetapi dengan zona ambon yang tidak vulkanis.
Menurut Van Bemmelen absennya aktivitas vulkanisme dari alor ke timur dan juga zona ambon terjadi karena berbatasan dengan dangkalan sahul. Faktor lokal lainnya   yang mungkin berpengaruh adalah :
1.      Gaya endogen dari lapisan tektonosfer telah habis.
2.      Puncak asthenolithnya mungkin mengalami pembekuan sehingga saluran magma yang keluar tersumbat.
Sumbu geantiklin di Nusa Tenggara makin ke timur makin tenggelam.
Hal ini dapat dilihat dari selat-selat antar pulau yang makin ke timur makin dalan (di sebelah barat pulau tampar rata-rata kurang dari 200 m, sedang sebelah timurnya makin dalam yaitu antara pantar –alor=1140m, alor-kambing=1260m, kambing=1040m, wetar-roman=lebih 2000m, sebelah timur kira-kira 4000m).

·         P. Rote, tersusun dari sedimen-sedimen yang telah mengalami pelipatan kuat, tertutup dengan karang kuarter sampai ketinggian 430 m.
·         P. Sawu terdiri dari batuan praterrier, dikelilingi oleh karang koral setinggi 300m.
·         P. Timur, puncak geantiklinalnya mengalami depresi memanjang mulai dari teluk kupang sampai dengan sungai lois.
Brouwer (1935) mengemukakan bahwa menurut cerita penduduk asli timor, dahulu hampir seluruh pulau merupakan laut, G. Lakaan 1525m dahulu merupakan pulau saja. Ini berarti pengangkatan P. Timor telah terjadi belum lama ini. Adanya pengangkatan tersebut didukung oleh bukti-bukti ditemukannya sisa-sisa karang pada ketinggian 1000m. Pulau ini banyak mengalami over thrust, batuan intrusi banyak yang tersingkap di permukaan bumi. Bahan galian seperti emas, tembaga, chromium, dan uranium ditemukan di sana namun dalam jumlah yang tidak ekonomis.
Sebaran srtuktur batuan geologi yang ada di wilayah propinsi ini adalah :
a.       Batuan silicic (acid) rock (batuan berasam kersi asam), terdapat di kabupaten alor, kabupaten lembata, sebagian besar kabupaten flores timur, kabupaten sikka, kabupaten ende, sebagian besar kabupaten ngada, sebagian kabupaten manggarai, sebagian besar manggarai barat dan sebagian kecil kabupaten kupang.
b.      Batuan matic basic rock (batuan basa)
c.       Batuan intermediate basic (basa menengah)
d.      Batuan pre tertiare undivideo (pra tersier tak dibedakan)
e.       Batuan paleagene (pleogen)
f.       Alluvial terrace deposit and coral reets (aluvium undak dan berumba koral)
g.      Batuan neogene (neogen)
h.      Batuan kekneno series (deret kekneo)
i.        Batuan sonebait series (deret sonebait)
j.        Batuan sonebait dan ofu series terefolde (deret sonebait dan deret terlipat bersama)
k.      Batuan ofu series (deret ofu)
l.        Batuan silicic efusives (efisive bersama kersik).
C.     Pulau Bali
Kondisi Geologi Pulau bali dibagi 3 zona, yaitu :
1.           Selatan 
Daerah selatan Bali sebagian besar tersusun oleh endapan lahar gunung api yang berumur kwarter, seperti gunung Bratan dan Buyan. Selainitu ada beberapa tempat seperti di Tanah Lot batuannya tersusun oleh breksi, lanau dan batu pasir yang juga merupakan laharik. Pada batu gamping selatan seluruhnya terdiri dari batu gamping kwarter.


2.           Tengah
Daerah zone tengah berupa komplek gunung api yang merupakan kelanjutan komplek gunung api muda zone selatan (van Bemmelen,1948). Pada zone tengah terdapat sejumlah kerucut gunung api yang terletak pada suatu deretan dengan arah barat daya-timur laut. Batuan terdiri dari batuan vulkanik yang berasal dari gunung api. Di daerah danau Batur batuannya berumur kwarter, juga terdapat singkapan batuan tua yang berasal dari gunung api Buyan dan Bratan purba. Batuan gunung api ini terdiri dari lava flow, andesit dan breksi.
3.           Utara
Pada daerah pantai utara batuannya berasal dari endapan lahar gunung api Buyan dan Bratan yang berumur kwarter disebelah selatan adalah perbukitan dari formasi Asah dengan batuan breksi dan lava berumur Pliosen. Ada pula beberapa endapan aluvium yang berumur kwarter seperti di Pulaki. Disebelah barat terdapat formasi Prapat Agung yang berisi batu gamping utara, formasi ini bertemu dengan formasi palasari yang terdiri dari batu gamping terumbu.
2.1.2 Kondisi Geomorfologi
Pulau-pulau di Nusa tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan busur banda disebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau romang, wetar, kambing, alor, pantar, lomblen, solor, ardonara, flores, rinca, komodo, sumbawa, lombok, dan bali. Sedangkan dibagian selatan dibentuk oleh pulau-pulau timor, roti, sawu, raijua dan dana. Punggungan geantiklinal tersebut bercabang di daerah sawu. Salah satu cabangnya membentuk sebuah ambang yang turun ke laut melewati raijua dan dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan jawa. Cabang lain merupakan rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi daerah dekat sunda.
a)      Palung Belakang
disebelah timur flores dibentuk oleh bagian barat basin banda selatan. Disebelah utara flores dan sumbawa terbentang laut flores, yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.             Laut flores barat laut, berupa daratan platform yang luas dan dangkal, yang menghubungkan lengan selatan sulawesi dengan dangkalan sunda.
2.             Bagian flores tengah, berbentuk segitiga dengan dengan puncak terletak di sebelah selatan volkan lompobatang, yang berhubungan dengan depresi walanae. Sedangkan dasarnya terletak di sepanjang pantai utara flores, yang merupakan bagian terdalam (-5140)
3.             laut flores timur terdiri dari punggungan dan palung diantaranya, yang menghubungkan lengan selatan sulawesi dengan punggungan bawah laut batu tara. Disebelah utara bali dan lombok palung belakang ini dibentuk oleh laut bali (lebar 100 km dan dalam 1500 m) ke arah barat dasarnya berangsur-angsur terangkat sampai bersambung dengan laut dangkal di selatan madura.
b)      Busur Dalam
Busur dalam nusa tenggara merupakan kelanjutan dari jawa menuju busur dalam banda. di nusa tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat dangkal dan menjadi lebih dalam kearah timur. Struktur umum lombok disebelah utara merupakan zona vulkanis dengan volkan aktiv rinjani (zone solo), dataran rendah mataram (subzone blitar). Diselatan berupa pegunungan selatan dengan materi kapur tertier dan breksi volkanis.
Bali dipisahkan oleh selat bali terhadap jawa. Zona di bali sama dengan jawa. Bagian utara merupakan bagian terluas terdiri dari volkan-volkan. Kuarter yang masih aktiv, menunjukkan kalanjutan konpleks volkan muda di jawa. Dataran denpasar yang membentang pada kaki selatan volkan termasuk sub zone blitar di jawa. Dataran ini dihubungkan oleh tanah genting yang menyempit dengan bukit-bukit kapur tertier ulu watu (213 m) yang dapat dibandingkan dengan semenanjung blambangan. Pulau nusa panida (529 m) antara bali dan lombok juga terdiri dari kapur tertier. Fisiografi sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan geantiklinal manjadi beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur. Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada puncak geantiklinal.
Sisi utara ditumbuhi oleh beberapa volkan muda. Volkan nganges, tambora dan soromandi menghasilkan batuan leucit. Sedimen tertier dan batuan kapur alkali disebarkan secara luas di pulau sumbawa. Hal ini memberikan gambaran bahwa zona pegunungan selatan jawa terdapat diseluruh pulau sumbawa dan depresi menengah yang disebut zone solo. Teluk saleh merupakan sebuah depresi terpencil dari zone solo. Pulau flores dipisahkan dari sumba oleh selat sape. Komodo dan rinca termasuk ke dalam puncak geantiklinal flores tengah, yang terdiri dari batuan vulkanis lebih tua (tertier) dan intrusi magmatis yang dapat dibandingkan dengan pegunungan selatan jawa.
Volkan-volkan yang lebih muda muncul di sepanjang pantai selatan flores barat. Di flores timur geantiklinal itu berupa sumbu yang tenggelam sehingga batuan volkanis yang lebih tua dan intrusi granodiorit tidak begitu banyak, serta hanya terdapat volkan muda yang muncul dibagian puncaknya.
Geantiklinal itu bersambung disepanjang solor, adonara, lomblen dan pantar, dimana pulau-pulau tersebut terdiri dari volkan yang aktiv. Sumbu itu kemudian melalui alor, kambing, wetar dan romang. Dibagian ini busur dalam tidak memiliki volkan aktiv. Pulau-pulau tersebut tersebut tersusun dari endapan volkanis tertier akhir yang sebagian terdapat di bawah permukaan laut.
c)      Palung Antara dengan Sumba
Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan Lombok, bercabang dua ke arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba.
Cabang-cabang ini merupakan penghubung antara palung sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores timur dan Roti. Lereng yang curam pada Wetar dan basin Sawu serta dasar laut yang datar menunjukkan adanya penurunan permukaan bumi. Sedangkan ujung timur dan baratnya dibatasi oleh pengangkatan seperti sembul (horst) di Kisar dan Sumba. Kedua pulau tersebut secara morfologistermasuk zone palung antara.
d)     Busur Luar
Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua, Sawu, Roti, Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m dibawah permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.
Pulau sawu mempunyai terumbu karang yang tingginya 300 m dpl dan mengelilingi pulau ini yang tersusun dari batuan pre-tertier. Punggungan dana-Raijua-Sawu serong terhadap punggungan Roti-Timor, dari tempat itu dipisahkan oleh selat Daong. Pulau Roti tersusun dari sedimen terlipat kuat dan tertutup oleh batu karang kuater yang tingginya 430 m dpl. Timor merupakan hasil geantiklinal yang lebar. Disamping itu terdapat depressi memanjang di puncaknya, melalui Teluk Kupang sampai perbatasan Timor Leste dan berakhir di muara sungai Lois.
e)      Palung Depan
Antar pulau chrismast dan punggungan bawah laut diselatan jawa terdapat cekungann dalam utama yang membujur arah timur-barat, kedalamannya 7450 m. Palung depan jawa dari sistem pegunungan sunda itu membentang ke arah timur sampai di sumba kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan sawu melengkung ke timur laut sejajar dengan timor. Sampai di pulau roti dipisahkan oleh penggungan (1940 m) terdapat palung timor. Palung di selatan jawa itu dibagian selatan dibatasi oleh pengangkatan dasar laut yang tidak jelas batasannya melalui pulau chrismast menuju dasar laut yang dalamnya 3000-4000m.bagian timur palung timor ini dibatasi oleh dangkalan australia atau dangkalan sahul.
2.1.3 Kondisi Iklim
kondisi iklim di nusa tenggara barat maupun timur tidak mempunyai perbedaan yang mencolok, hal ini terlihat dengan adanya kondisi alam yang hampir sama diwilayah tersebut, misalnya terdapatnya padang rumput yang luas sehingga mempengaruhi iklim yang ada. Selain itu juga karena wilayah nusa tenggara yang berbentuk pulau-pulau sempit juga mempengaruhi iklim yang ada disana. Nusa tenggara tergolong beriklim kering, yang antara lain ditandai dengan jumlah curah hujan yang sedikit, dan tidak terbagi merata. Selain itu pada daerah dengan beriklim kering ditandai dengan luasnya padang rumput.
A.        Nusa Tenggara bagian Barat
Propinsi nusa tenggara barat mempunyai iklim kering dan siklus periode hujan yang singkat. Sebagian wilayahnya merupakan wilayah bayangan hujan. Dari catatan stasiun Badan Meteorologi di ampean dan mataram, suhu terndah adalah 20,8˚C pada bulan januari dan suhu tertinggi 32,1˚C pada bulan oktober.
Curah hujan rata-rata perbulan pada musim penghujan paling tinggi hanya 421 sampai 526 mm (bulan januari dan desember). Pada bulan lain, jarang turun hujan. Kalaupun turun hujan, curah hujannya umumnya tidak lebih dari 290-an mm dan lebih sering diwilayah 100 mm. Keadaan iklim dikota mataram dipengaruhi oleh dua kali perubahan angin, sehingga menghasilkan dua musim yaitu musim kemarau dan hujan. Pada bulan april-oktober bertiup angin kering dari tenggara yang mengakibatkan musim kemarau, sedangkan pada bulan nopember-maret bertiup angin yang mengandung uap air dari barat sehingga sehingga mengakibatkan musim hujan. Kecepatan angin pada musim hujan ini cukup kencang bahkan sering menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian kota seperti tumbangnya pohon besar di pinggir jalan, sedang kecepatan angin pada musim kemarau rendah.
B.        Nusa Tenggara bagian Timur
Wilayah Nusa Tenggara Timur memiliki alam yang berbukit-bukit dengan iklimyang kering. Iklim kering tersebut dipengaruhi oleh angin muson dan memiliki periodehujan yang singkat juga. Musim kemarau lebih panjang, yaitu ± 8 bulan (April sampaidengan Nopember), sedangkan musim hujan hanya 4 bulan (Desember sampai denganMaret). Suhu udara rata-rata 27,60ºC.. Suhu terendah adalah 29,7˚C pada bulan Januaridan suhu tertinggi 33,5˚C pada bulan November. Curah hujan rata-rata per bulan palingtingginya hanya mencapai 386,3 mm (Februari). Musim kemaraunya sangat kering, bahkan selama empat bulan tidak pernah terjadi hujan dan walaupun terjadi hujan, jumlahnya tidak lebih dari 290 mm, bahkan lebih sering di bawah 100 mm.Tipe iklim di daerah ini adalah tipe B sampai F (pembagian menurut Smidt danFerguson ) dan C (1,05%). Curah hujan berkisar antara 697-2.737 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata tiap tahun antara 44 sampai 61 hari. Suhu maksimum rata-rata 33,2˚C dan suhu minimum rata-rata 21,7˚C. Kelembaban nisbi terendah terjadi pada Musim Timur Tenggara (63-76%) yaitu bulan Juni sampai November dan kelembabantertinggi pada Musim Barat Daya (82-88%) yaitu bulan Desember sampai bulan Mei.Curah hujan tertinggi di wilayah Flores bagian barat, Sumba bagian barat dan Timor  bagian tengah (2000-3000 mm/thn).Kecepatan angin rata-rata pada Bulan November sampai April 03-05 Knot danangin Musim Timur Tenggara terjadi pada bulan Mei sampai dengan Oktober dengankecepatan dapat mencapai 06-10 Knot (apabila ditunjang angin permukaan). Nusa Tenggara bagian timur daerah dengan iklim kering ditandai dengan luasnya padang rumput. Pada Bulan Juni – September arus angin yang berasal dari Australia dantidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada Bulan Desember–Maret arus angin banyak mengandung uap iar yang berasal dariAsia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Minimnya curah hujan di NTT dipengaruhi oleh posisi NTT yang dekat dengan Australia, dimana arus angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik ketika sampai di wilayah NTT kandungan uap airnya sudah berkurang, akibatnya hari hujan di NTT berkurang.Keadaan ini menjadikan NTT sebagai wilayah kering dimana hanya 4 bulan (Januari s/dMaret dan Desember) yang keadaannya relatif basah dan 8 bulan lainnya relatif kering.
Tabel 1: keadaan iklim NTT
KEADAAN IKLIM
RATA-RATA
Suhu (C)
26,7
Kelembaban udara ( %)
77,3
Curah Hujan (mm/th)
265,9
Kecepatan Angin (/knot)
3,6

C.        Bali
Keadaan iklim di pulau Bali dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1.      Selatan
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut koppen zone selatan Bali memiliki tipe
iklim aw dengan ciri-ciri bulan terdingin rata-rata lebih besar dari 18o C dalam satu bulan curah hujan kurang dari 60 mm.

2.      Tengah
Menurut klasifikasi iklim Koppen daerah zone tengah termasuk tipe iklim Am, dengan ciri tropis basah dimana jumlah curah hujan bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering.
Pembagian curah hujan di pulau bali dalam waktu satu tahun berdasarkan angka-angka hujan dari Berlage dan penyesuaiannya oleh I Made Sandy yang menunjukkan bahwa :
1.      Seluruh pantai pulau Bali curah hujan rata-rata tahunannya kurang dari 1.500 mm. Makin jauh dari pantai jumlah curah hujan makin bertambah. Curah hujan tertinggi terdapat di sekitar danau-danau di tengah-tengah pulau Bali dan di lereng sebelah selatan gunung Batur.
2.      Daerah kering terdapat di sekitar Kintamani dan pegunungan di tengah-tengah yang disebabkan terletak didaerah bayangan hujan.
3.      Hampir sebagian besar daerah pulau Bali yang terletak diatas 100 m dari permukaan air laut, mendapat hujan rata-rata lebih dari 2.000 mm setahun.
Perbedaan dari musim kemusim nampak lebih jelas, kalau misalnya dibandingkan dengan daerah Jawa barat.
2.1.4 Kondisi Tanah
A.    Nusa Tenggara Barat (NTB)
Secara terperinci, jenis tanah di nusa tenggara barat terdiri atas tanah latosol. Aluvial coklat, mediteranatau campuran antara jenis-jenis itu. Secara morfologi, ada tanah dataran, lipatan maupun gabungan keduanya dengan permukaan yang datar, berbukit, juga bergunung-gunung. Jenis di pulau lombok bagian tengah dan utara umumnya aluvial coklat, dan di bagian selatan latosol. Bagian tengah pulau ber -berbukit dan berupa tanah datar, di utara berbukit dan di selatan bergunung-gunung. Jenis tanah yang ada di wilayah kota mataram sebagian besar dari jenis tanah liat, tanah liat berpasir dan tufa. Ini akibat endapan kuarter yang berasal dari hasil pengkikisan lereng gunung atau sungai yang banyak terdapat di daerah ini, kemudian di endapkan di wilayah yang letaknya relatif  lebih rendah.
Jenis tanah ini mempunyai kharakteristik daya penyerapan air yang lambat akibat kondisi permeabilitas yang rendah. Kondisi ini sebenarnya baik bagi pengembangan wilayah saluran pertanian atau irigasi, sehingga tanah di kota mataram berpotensi sebagai daerah pertanian. Tetapi apabila curah hujan tinggi, kondisi tanah dan topografi kota mataram mempunyai potensi sebagai daerah banjir dan genangan. khusus di daerah Bima jenis tanah terdiri dari komplek aluvial, regosol, litosol dan meditaran dengan sebaran dapat dilihat pada tabel 2. Dari tabel terlihat bahwa penyebaran jenis tanah di wilayah kabupaten bima berturut-turut dari yang terluas adalah sebagai berikut :
Tabel 2 : penyebaran jenis tanah di kabupaten Bima.
Jenis Tanah
Luas
%
Aluvial
31,464
70,07
Regosol
98,934
22,02
Litosol
179481
40,31
Mediteran
116,064
26,07
Lain
19,307
4,34

Sumber : Bima Dalam Angka 2005

·         Litosol
Jenis tanah ini dicirikan oleh kedalaman efektiv efektif tanah sangat dangkal dan langsung berada diatas batuan dan umumnya berada pada daerah pegunungan/perbukitan dengan kemiringan yang terjal. Untuk pengembangan, faktor penghambat jenis tanah ini adalah kedalaman efektif tanah yang dangkalan lereng.
·         Mediteran
Jenis tanah ini terbentuk pada wilayah berombak sampai bergelombang, mempunyai kedalaman efektif relatif dalam, drainase baik dan terbentuk pada itilin mediteran tekstur halus untuk pengembangan pertanian jenis tanah ini potensial unutk dikembangkan tanaman perkebunan/tanaman keras.
·         Regosol
Tanah ini terbentuk dari batuan induk muda hasil letusan gunung berapi, dicirikan oleh adanya batuan yang menyebar baik dipermukaan tanah maupun pada lapisan tanah bagian atas. Tanah regosol mempunyai drainase tanah sangat cepat sehingga tidak potensial untuk pengembangan pertanian.
Tanah ini dapat meresapkan air cukup sehingga dapat difungsikan sebagai kawasan lindung untuk resapan air. Di wilayah bima tanah regosol merupakan hasil letusan gunung tambora, sehingga sebarannya sekitar gunung tambora.
·         Aluvial
Tanah aluvial merupakan tanah muda hasil endapan. Tanah ini mempunyai sifat kimia dan fisik relatif baik dari pada ke 3 jenis di atas. Di wilayah kebupaten bima jenis tanah ini menyebar di wilayah sekitar (mulai dari wilayah perlembahan). Dalam pemanfaatannya jenis tanah ini merupakan lahan potensial untuk pengembangan tanaman pangan. Sebagian besar tanah yang ada diwilayah kabupaten bima tergolong dalam tekstur sedang (77,8 %), tekstur kasar (21,26 %), dan tekstur halus (0,93 %), kelas tekstur dalam pemanfaatan lahan sangat berhubungan erat dengan drainase tanah dimana untuk tekstur kasar sangat tidak sesuai untuk tanaman yang memerlukan banyak air (padi sawah). Berdasarkan kedalaman efktivnya tanah di wilayah kabupaten bima 58.44 % diatas 60 cm, 30.39 % mempunyai kedalaman efektiv antara 0-30 %. Dengan demikian, berdasarkan kedalaman efektivnya tanah yang baik untuk dikembangkan lahan pertanian adalah sebesar 58.44 %.
B.     Nusa Tenggara Timur (NTT)
Keadaan formasi tanah di wilayah propinsi nusa tenggara timur secara garis besar adalah sebagai berikut :
1.      Pulau flores dan sekitarnya tanah di pulau flores terdiri dari jenis tanah mediteran dengan bentuk wilayah volkan, tanah kompleks dengan bentuk wilayah pegunungan, kompleks latosol dengan bentuk wilayah volkan, aluvial dengan bentuk wilayah dataran. Tanah-tanah mediteran dengan bentuk wilayah volkan mempunyai penyebaran paling luas. Pulau lembata adonara dan solor mempunyai tanah jenis mediteran dengan bentuk volkan.
2.      Pulau sumba, tanah di pulau sumba terdiri dari jenis mediteran dengan bentuk wilayah pegunungan lipatan dan datar serta bentuk wilayah volkan. Litosol dan grumosol dengan bentuk wilayah pelembahan. Tanah mediteran dengan bentuk wilayah pegunungan lipatan adalah merupakan jenis tanah yang paling luas penyebarannya.
3.      Pulau timor dan sekitarnya jenis tanah di pulau timor adalah tanah-tanah kompleks dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks, mediteran dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks, mediteran dengan bentuk wilayah lipatan, grumosol dengan bentuk wilayah wilayah dataran, latosol dengan bentuk wilayah plato/volkan. Tanah-tanah kompleks dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks merupakan jenis tanah yang paling luas penyebarannya. Pulau alor dan pantar mempunyai jenis tanah mediteran bentuk tanah volkan. Berdasarkan penyebarannya, maka presentasi jenis-jenis tanah di wilayah nusa tenggara timur antara lain terdiri dari tanah mediteran Mediteran ±32,25%, Latosol±9,72%, Grumusol ±3,25%, Andosol ±1,93%, Regosol ±0,19% dan jenis tanahaluvial ±1,66% (sumber rencana kehutanan propinsi dati 1 nusa tenggara timur tahun 1987) .
keadaan tanah apabila dilihat dari topografinya, maka wilayah NTT dapat di bagi atas 5 bagian besar, yaitu :
§  Agak berombak dengan kemiringan 3-16 %
§  Agak bergelombang deng kemiringan 17-26 %
§  Bergelombang dengan kemiringan 27-50 %
§  Berbukit-bukit dengan kemiringan lebih besar dari 50 %
§  Dataran banjir dengan kemiringan 0-30 %
C.     Pulau Bali
Kedaan tanah (zona utara)
Jenis tanah yang terdapat pada zone selatan Bali adalah
ü  Aluvial berasal dari endapan laut
ü  Terra rosa (mediteran)
ü  Regosol dari bahan induk pasir antai
ü  Letosol dari bahan induk breksi aliran lava, bahan erupsi gunung api tua Bratan dan Buyan.
Keadaan tanah (zona tengah)
-         Andosol coklat kelabu
-          Latosol
2.1.5 Kondisi Hidrologi
Nusa  tenggara merupakan kepulauan yang dikelilingi laut dan terletak di pesisir pantai, secara umum keadaan hidrologi nusa tenggara sangat bergantung pada curah setempat. Persebaran kawasan perairannya yaitu :
A.    Nusa Tenggara Barat
Wilayah perairan laut nusa tenggara barat termasuk pada perairan dalam dengan dasar perairan yang teriri dari batu karang dan pasir, khusunya di wilayah perairan laut selat lombok, selat alas dan selat sape. Wilayah perairan ketiga selat tersebut merupakan suatu perairan yang menghubungkan dan mempertemukan dua masa air dari wilayah perairan laut jawa dan laut flores dengan samudra indonesia. Meskipun curah hujan di kabupaten lombok barat relativ rendah, di wilayah kontaini mengalir 4 buah sungai yang cukup besar dan potensial sebagai sumber mata air permukaan. Sampai saat ini, penduduk terutama yang bermukim di bantaran sungai masih memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan air sehari-harinya, Semua sungai tersebut berhulu di lereng gunung rinjani. Pada musim kemarau sungai tersebut tidak pernah kering sedangkan pada musim penghujan aliran airnya sangat deras.
Sumber mata air yang utama berupa sungai, mata air embung. Sebagian besar dimanfaatkan unutk irigasi dan budidaya ikan air tawar, juga dimanfaatkan untuk air minum dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Dari 38 kali/sungai yang mengalir dikabupaten lombok barat terdapat 23 sungai yang merupakan sumber mata air tetap dengan debit rata-rata 8.588 liter/detik dan volume 270.831 m. Adapun kali/sungai yang merupakan sumber mata air dengan debit terbesar adalah sungai target satu (1) dengan debit rata-rata 1.500 liter/detik, sedangkan yang terkecil adalah sungai ampak tepang dengan debit rata-rata sebesar 45 liter/detik. Kebayakan sungai-sungai dimaksud mengalir dari utara dan timur dan bermuara ke wilayah selatan dan barat.
B.     Nusa Tenggara Timur
Sungai yang terdapat di propinsi nusa tenggara timur pada umumnya mempunyai fluktuasi aliran air yang cukup tinggi, pada musim penghujan berair dan banjir, sedangkan pada musim kemarau berkurang bahkan ada yang tidak berair sama sekali sungai-sungai yang ada di pulau flores antara lain sungai aisesa (65 km, terpanjang di flores), reo (55 km), moke (45 km), leo ria (40 km), dan jamal (40 km). Di pulau sumba antara lain terdapat sungai kambaniru (118 km, terpanjang di pulau sumba), kadaha (46 km), melolo (51 km), baing (48), dan kalada (46 km). Di pulau timor antara lain terdapat sungai benain (135 km, terpanjang di pulau timor dan nusa tenggara timur), mina (97 km), termanu (51 km), muke (45 km), dan mena (33 km).
Berdasarkan pola aliran sungai yang dibatasi garis-garis gunung, wilayah nusa tenggara timur terbagi atas 509 daerah aliran sungai (DAS). Terdapat beberapa dari DAS di atas yang sudah dibagi menjadi sub DAS- sub DAS terutama pad daerah-daerah yang dianggap strategi untuk mendukung pembangunan di sekitarnya baik berupa cek dam, bendungan dll. Beberapa sub DAS yang telah dibuat diantarannya, antara lain :
·         DAS Oesao (sub DAS Oesao, Noelbeno, Nunkurus, Pulukayu, Oebelo, Manikin , Oesapa Besar)  terletak di kotamadya kupang, dan kabupaten kupang.
·          DAS Noelmina (sub DAS Bokong, Lake, Besaim, Meto) terletak di kabupaten kupang, timur tengah selatan.
·         DAS Benenain (sub DAS Noni, Lakoe, Maubasi, Baen-Tobino, Kotoen, Bikomi) di kabupaten timor tengah selatan timor tngah utara dan belu.
·         DAS Aisesa (sub DAS Aisesa, Posolik, Waru) di kabupaten sumba barat. Sistem aliran air tanah di pulau lombok dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu:  
1.      Sistem aliran air tanah batuan vulkanik dan sedimen tersier, terbagi menjadi : (a) sub sistem aliran tanah pelangan-bumbang, (b) sub sistem aliran tanah mangkung, (c) sub sistem aliran air tanah payung-keruak.
2.      Sistem aliran air tanah bagian vulkanik kuarter, terbagi menjadi :
(a)    Sub sistem aliran air tanah vulkanik punikan.
(b)   Sub sistem aliran air tanah vulkanik sembalun
(c)     Sub sistem sliran air tanah vulkanik 1 (piroklastik kaldera)
(d)   Sub sistem aliran air tanah vulkanik 2 (kondo)
(e)    Sub sistem aliran air tanah 3 (rinjani muda)
(f)    Sub sistem aliran air tanah vulkanik 4 (sangkareang)
(g)   Sub sistem aliran air tanah vulkanik 5 (rinjani tua)
Sistem air tanah dibagian utara pulau lombok, terutama pada daerah vulkanik komplek rinjani, dikontrol oleh pola struktur pada daerah resapan dan luahan yang dihubungkan oleh media akuifer (antar bukit dan rekahan) yang terbentuk pada pada proses erupsi efusi (tenang) dan eksplosif (kuat) berupa perulangan perlapisan lava, lahar dan piroklastik.
Tabel 3 : DAS per kabupaten di Provinsi NTT
No.
Kab/Kota
Nama DAS
1.
Kota kupang
Oesao
2.
Kupang
Oesao
Tamanu
Noelmina
3.
Rote-ndao
P. rote  
4.
Timor tengah selatan
Noelmina
Muke
Benenain
5.
Timor tengah utara
Besi erat
Benenain
6.
Belu
Benenain
Laumea
Lois
7.
Sumba timur
Mangli-rendi
Kambaniru
Kalada
Wonokaka
8.
Sumba barat
Kalada
Wonokaka
9.
Alor
P. alor
P. pantar
10.
Lembat
P. lomblen
11.
Flores timur
P. adonara
P. solor
Woeruni
Nebe
12.
Sikka
Waeruni
Nebe
Magepada
Loworea 
13.
Ende
Magepada
Loworea
14.
Ngada
Megepada
Loworea
Aisesa
Wera buntal
Moke
15.
Manggarai
Wera buntal
Moke
Waeterang
Jamal lembor
16.
Manggarai barat
Waeterong
Jamal lembor
P. Komodo
P. Riena



Hidrologi Pulau Bali
·         Pada zona utara
Banyak terdapat rembesan melalui bidang kekar dan muncul menjadi mata air. Karakteristik lembah sungai di daerah barat berbentuk U yang dangkal dan daerah Bali bagian timur berbentuk V dengan lembah sungai yang sempit dan dalam. Hal ini disebabkan beberapa fakor, diantaranya perbedaan material yang terangkut, litologi daerah yang dilalui, kemiringan lereng dan debit. Irigasi kurang baik, untuk pengolahan sawah selain air hujan juga dari rembesan-rembesan air yang keluar melalui kekar-kekar. Batuannya impermeable dan sistem pengairan subak.
·         Pada zona tengah
Pada zone tengah terutama pada daerah Tampak Siring banyak terdapat mata air yang cukup karena keberadaan endapan material. Jenis mata air disini adalah fissure dan depression yaitu mata air yang masing-masing terjadi karena adanya perpotongan lapisan air tanah oleh lembah. Terdapat danau seperti danau Bratan, danau Batur dan danau Bedugul.
·         Pada zone utara
air menjadi masalah cukup serius, karena curah hujan yang kecil sekali dibandingkan dengan zone selatan. Sungai-sungai di zone utara umumnya kering dimusim kemarau sedangkan di musim hujan sering terjadi banjir. Di daerah sepanjang jalur dari Seririt-gerakgak, meskipun merupakan daerah bayangan hujan tetapi air tanahnya cukup dangkal yang memungkinkan adanya rembesan diantara 2 formasi batuan.
Arah aliran sungai umumnya ke selatan atau ke utara dengan batas pemisah aliran airnya membujur arah barat-timur sejalan dengan penyebaran-penyebaran pegunungan/gunung air yang berjajar arah barat-timur pula. Sungai yang mengalir ke selatan bersifat permanen dan yang ke utara bersifat intermitten dan ephemeral. Empat danau kaldera terbesar yang terdapat didaerah ini, yaitu ; danau Batur (47 juta m3), danau Bratan (27 juta m3), danau Buyan (31 juta m3) dan danau Tablingan (9 juta m3).





2.2 Potensi Pengembangan Fisik Nusa Tenggara
            Propinsi nusa tenggara merupakan sebuah propinsi yang terletak di belahan selatan indonesia dan berdampingan dengan benua autralia. Propinsi nusa tenggara ini merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau besar, seperti pulau lombok, flores, sumba, timor, alor dan lebih dari 500 pulau kecil yang letaknya tersebar membentang dari ujung barat sampai ujung timur. Dilihat dari sudut pandang tektonisme, busur kepulauan bali dan Nusa tenggara merupakan salah satu daerah dengan tingkat kegempaan yang tinggi di indonesia.
Keaktifan ini disebabkan wilayah ini berada di antara zona benturan lempeng indo-australia dengan eurasia di selatan dan patahan naik busur belakang bali-flores (bali-flores back arc thrusting) di utara. Kenyataan ini akan memberi gambaran yang cukup jelas bahwa seolah daerah ini hampir-hampir tidak akan pernah aman dari bencana kebumian, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan letusan gunung api. Dari catatan sejarah gempa besar dan merusak di jalur busur bali-nusa tenggara tersebut, sedikitnya di kawasan ini sudah terjadi 16 kali gempa kuat dan merusak yang menelan ribuan korban jiwa. Terlepas dari ancaman bencana yang mengancam, adanya beberapa gunung itu juga memberi beberapa dampak positiv. Secara tidak langsung, daerah yang dekat dengan pegunungan tersebut cenderung lebih subur dibanding dengan lainnya.
Adanya perbedaan iklim, cuaca, kondisi geologi mengahsilkan adanya perbedaan jenis tanah yang terdapat di wilayah propinsi nusa tenggara. Dengan anugrah kondisi fisik yang bervariasi, menjadikan propoinsi nusa tenggara memiliki begitu banyaknya potensi fisik yang patut untuk dikembangkan. Berbagai potensi propinsi nusa tenggara yang beragam dapat kita lihat dalam wacana di bawah ini :
2.2.1 Kelautan
Karakteristik laut dan pesisir setiap pulau yang ada di wilayah propinsi Nusa tenggara pada umumnya tidak sama, hal ini disebabkan oleh tipe lautan dan kondisi topografi setiap pesisir. Dilihat dari posisi wilayahnya yang berbatasan dengan australia dan dipisahkan oleh laut lepas, akan sangat berpengaruh terhadap kondisi perairan dan pesisir pantainya. Saat ini garis pantai dipergunakan antara lain untuk penangkapan ikan, budidaya laut (teripang, mutiara, rumput laut, penampungan ikan hidup), penangkapan nener dan penangkapan ikan hias srta wisata bahari. Lokasi yang potensial unutk budidaya laut meliputi kabupaten kupang, alor, lembata, flores, sikka, sumba timur dan masih banyak lagi daerah yang lain. Sumber daya pesisir dan laut di nusa tenggara sangat beranekaragam sehingga memberikan peluang ekonomis yang cukup tinggi untuk perikanan, pariwisata bahari serta jasa-jasa lingkungan laut. Sumberdaya alam pesisir dan laut yang terdapat di wilayah nusa tenggara adalah sebagai berikut :
a.       Perikanan tangkap
Potensi sumber daya laut di propinsi nusa tenggara, berdasarkan hasil survey komisi nasional pengkajian sumberdaya perikanan laut pada tahun 1999, cukup besar yaitu lebih dari 365.7 metrik ton/tahun, dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 292,2 metrik ton/tahun sedangkan tingkat pemanfaatan baru sekitar 30%. Potensi perikanan laut terdiri dari :
·              Ikan pelagis besar meliputi tuna, cakalang, paruh panjang, tongkol, tenggiri.
·              Ikan pelagis kecil meliputi tembang, teri, terbang, kombong, layang, salar.
·              Ikan demersal meliputi kakap, bambangan, lencam dll.
·              Udang yang meliputi lobster, dan jenis udang penaid.
·              Cumi-cumi
·              Ikan seperti karapu, beronang dan ekor kuning
Jenis ikan pelagis kecil, berpotensi besar dan bernilai ekonomis tinggi adalah kembung, lemuru, teri, laying, terbang dan salar. Ikan-ikan pelagis kecil ini terutama dipasarkan untuk konsumsi lokal, sebagaimana psar regional dan umpan hidup penangkapan ikan pelagis besar, jenis pelagis besar antara lain terdiri dari cakalang, tongkol, tuna madidihang, mata besar, albacore dan cucut. Ikan pelagis pelagis besar merupakan hasil perikanan laut utama yang diekspor.
Ikan pelagis besar merupakan hasil perikanan laut dalam. Semua jenis tuna hampir terdapa di perairan nusa tenggara timur, terkecuali tuna sirip biru utara (thumus thynnus) dan tuna sirip biru selatan (tuna atlanticus). Jenis ikan demersal, ikan-ikan demersal merupakan kelompok ikan yang tinggal di dasar atau dekat dasar perairan.
Ikan demersal tersebar diseluruh perairan dengan kecenderungan kepadatan populasi dan potensinya yang tinggi pada daerah sekitar pantai. Ikan demersal menurut kategori nilai ekonomis terdiri dari kelompok utama sebanyak 24% (kerapu, bambangan, bawal putih, kakap, mayung, kuwe dan nomei) kelompok komersial kedua sebanyak 17 % (bawal hitam, gerot-gerot, cucut), kelompok komersial ketiga 37% (pepetek, beloso, mata merah, kerong-kerong, gabus laut, besot, dan sidat) dan kelompok ikan rucah sebanyak 22% (srinding, lidah, sebelah, kapas-kapas, wangi, batu dan kipper). Jenis-jenis ikan demersal tersebar diseluruh perairan nusa tenggara timur terutama sepanjang pantai utara flores, perairan pulau-pulau kecil dan propinsi nusa tenggara timur 2006-2020 II-9 kawasan perairan terumbu karang, ikan-ikan demersal ini dujual untuk konsumsi domestik dan pasar ekspor.
b.       Udang- kepiting
         jenis-jenis udang penaeid, borong, windu dan jenis crustecae lain seperti kepiting, rajungan merupakan komoditas perikanan bernilai ekonomis tinggi dan banyak terdapat di kabupaten kupang, ngada, belu, alor, flores timur dan masih banyak daerah yang lain. Komoditas kelompok ini umumnya ditangkap dengan perangkap (bubu) dan jaring.
c.        Komoditas perikanan jenis lainnya
Hasil perikanan lain seperti cumi-cumi, kerang-kerangan, teripang, ikan hias laut dan rumput laut merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi juga. Cumi-cumi banyak terdapat di kabupaten manggarai, flores timur, sumba timur, ende dan ngada. Kerang-kerangan terutama kerang mutiara hasil budidaya, batu loa, japing-japing dan mata tujuh (abolan) merupakan komoditas berpotensi untuk dipasarkan.
Kerangkerangan kecuali mutiara, teripang dan rumput laut terdapat pada sebagian besar perairan nusa tenggara timur, sedangkan mutiara, sebagai induk alam budidaya, terdapat di perairan kabupaten kupang, flores timur, alor, lembata, sikka dan manggarai.
Potensi lainnya adalah budidaya laut yang mulai dikembangkan di pantai pulau-pulau di propinsi nusa tenggara timur. Panjang pentai keseluruhan mencapai 5.700 km memiliki kualitas perairan pantai relativ masih baik. Dasar pantai umumnya berpasir dan ditumbuhi karang sampai berlumpur bercirikan tanaman mengrove dan bentuk pantai yang berteluk serta terlindungi.

d.       Perikanan budidya termasuk darat.
·         Budidaya laut
potensi pengembangan budidaya laut diperkirakan sekitar 5.150 Ha, dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 8,74% atau sekitar 450 Ha. Jenis produksi dan sebarannya adalah sebagai berikut :
a). Mutiara : pengembangan usaha budidaya mutiara terdapat pada lokasi-lokasi perairan pantai dikabupaten sumba timur, ende, alor, flores timur, lembata, manggarai  dan ngada.
b). Rumput laut : potensi pengembangan budidaya rumput laut pada lokasi-lokasi, perairan di kabupaten belu, kupang, sumba timur, timor tengah utara, ngada, pantai utara kabupaten ende, lembata, tanjung karoso bangedo, kabupaten manggarai, pulau pemana, pantai pulau damhila, perairan pantai pangabatang (sikka).
c). Teripang : potensi pengembangan usaha budidaya teripang terdapat pada lokasi-lokasi perairan di pantai utara selatan
ngada, manggarai, perairan pantai utara kabupaten sikka, perairan pantai kabupaten flores timur dan alor.
·         Budidaya tambak
Lahan yang tersedia adalah 35.455 Ha dan lahan yang telah diusahakan adalah 284,5 Ha atau tingkat pemanfaatan baru 23% dengan produksi tambak garam yang baru sebagai kecil dimanfaatkan.
·         Budidaya kolam
Lahan yang tersedia 8.375 Ha dan yang telah diusahakan adalah 284,5 Ha atau tingkat pemanfaatan lahan baru 3,40 % dengan kemampuan produksi : ikan mas  91,6 ton, mujair 53,9 ton, tawas 23,0 ton dan nila produksi 49,5 ton.
·         Budidaya ikan disawah (mina padi). Lahan yang tersedia 185 hadengan tingkat pemanfaatan lahan baru 75% atau seluas 138,7 Ha. Kemampuan produksi yaitu : ikan mas 10,6 ton, 5,2 ton dan lele 1,5 ton.
·         Hutan mangrove
Potensi hutan mangrove di nusa tenggara cukup besar, hasil survey dinas kehutanan yang mengidentivikasi 11 spesies mangrove  di pulau timor, rote, sabu dan semau dengan luas 19.603,12 Ha dan 17.251,71 Ha di pulau flores dan solor. Luas hutan mangrove di sumba timur sekitar 15.000 Ha dengan jumlah tegakkan  yang telah diiddentivikasi seluas 1.359 Ha.
·         Terumbu karang
Perairan nusa tenggara diperkirakan memiliki 160 jenis terumbu karang dari 15 famili dengan 350 jenis ikan yang mendiaminya. Lokasi penyebaran terumbu karang di nusa tenggara disekitar wilayah teluk kupang, teluk maumere, pantai utara, timur dan pulau sumba, alor, lembata dan labuan bajo.
2.2.2 Pertanian
Pertanian merupakan sektor yang paling dominan di nusa tengara. Lebih dari 80% penduduknya terlibat dalam kegiatan sektor pertanian. Meskipun total konstribusi pertanian dalam pembentukan nilai PDRB mengalami penurunan dari tahun ke tahun, tetapi tetap merupakan sektor yang dominan, dalam arti bahwa presentase sektor ini tetap besar. Sektor pertanian ini meliputi sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, kehutanan, perkebunan dan perikanan.
a.       Tanaman pangan
Pembangunan tanaman pangan dapat dilakukan pada lahan basah dan lahan kering yang luas dan kemampuan potensinya bervariasi antar wilayah kabupaten/kota. Berdasarkan kajian potensi lahan pertanian terdapat potensi pertanian kering seluas lebih dari 1.528.308 Ha. Produksi padi (padi sawah dan padi ladang) tahun 2003 sebesar 509,4 ribu ton menurun menjadi 495,5 ribu ton dalam bentuk gabah kering giling, penurunan tersebut memang sejalan dengan dengan penurunan luas panen sekitar 2000 hektar dari tahun sebelumnya. Penurunan produksi juga terjadi pada komunitas jagung dan kacang hijau, dimana pada tahun 2003, padi sawah : kabupaten padi ladang : berdasarkan luas panen, yang terbesar adalah kabupaten sumba barat yaitu 12.424 Ha, tetapi berdasrkan jumlah produksinya, yang terbesar adalah kabupaten manggarai lebih tinggi dari pada sumba barat-jagung : kabupaten timor tengah selatan-ubi-ubian : kabupaten timor tengah selatan, kacang-kacangan : kabupaten kupang produksi jagung sebesar 583,4 ribu ton menurun manjadi 568,4 ribu ton menurun menjadi 568,4, ribu ton menurun menjadi 568,4 ribu ton pada tahun 2004. Hal ini juga sejalan dengan penurunan luas panen kurang lebih 13.000 hektar
Sedangkan komoditi kacang hijau pada tahun 2003 mampu menghasilkan produksi sebesar 20,1 ton ribu ton dan menurun menjadi 16,2 ribu ton pada tahun 2004. Lain halnya dengan komoditi tanaman pangan lainnya, seperti kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan sorghum, dalam 2 tahun terakhir ini mengalami peningkatan baik luas panen maupun produksinya.

b.      Perkebunan
·         Tanaman perkebunan merupakan komoditi strategis dalam pembangunan perekonomian nusa tenggara, karena merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap total ekspor. Seperti telah disinggung diatas bahwa peranan subsektor perkebunan ini terhitung masih begitu kecil peranannya terhadap PDRD nusa tenggara.
·         Walaupun begitu kecil produksi dari sektor  ini dapat menunjang pendapatan, terutama dalam rangka memenuhi bahan baku sektor indutri. Penentuan daerah penghasil utama didasarkan pada jumlah produksi dan luas areal perkebunan, yaitu : - kelapa : kabupaten sikka, flotim dan ende, - kopi : kabupaten manggarai, kabupaten ngada, - kapok,pinang : kabupaten sumba-barat, - cengkeh : berdasarkan luas daerah panen terbesar adalah kabupaten manggarai, tetapi berdasarkan produksinya adalah kabupaten sikka, - cokelat, lada :kabupaten sikka, - kapas : kabupaten ende, - vanilli : kabupaten manggarai, kab alor, - tembakau : kab sumba barat.
·         Seperti telah diuraikan diatas bahwa tanaman perkebunan telah dimanfaatkan untuk ekspor luar negeri, terutama dalam bentuk diolah. Berdasarkan jalur pemasaran yang telah dirintis, disamping untuk kebutuhan masyarakat atau perdagangan dalam wilayah, beberapa komoditas telah menjadi komoditas ekspor seperti kopi, kakao, jambu mente, biji kapas dan cassiavera, bawang merah, bawang putih dan buncis merupakan sayuran yang banyak ditanam di kec kintamani, kec yang paling luas di bangli.
·         Tanaman buah-buahan juga menjadi komoditas andalan bangli. Jeruk keprok, misalnya. Produksi jeruk kab bangli bersaing dengan jeruk keprok dari kab badung. Bangli menghasilkan 22.103 ton jeruk keprok, sementara badung 49.469 ton. Dari lapangan usaha perkebunan, kopi arabika nilai jualnya tinggi dan menjadi andalan bangli. Pada tahun 2001 produksi kopi arabika bangli mencapai 64% dari total produksi provinsi sebesar 5.644 ton. Petani yang mengelola perkebunan kopi juga paling besar ditemukan di bangli dibandingkan daerah lain di provinsi, berjumlah 5.436 petani dari 13.986 petani kopi di bali. Budidaya kopi arabika dikelola oleh perkebunan rakyat.
·         Biji kering olahan secara terdisional dari petani kemudian dibawa ke pabrik pengolahan kopi PT Perkebunan Nuasantara XII di kintamani. Kemudian oleh sebuah perusahaan perdagangan dibawa ke surabaya untuk dikemas dan dikapalkan ke jepang. Tahun 2002, ekspor kopi ke jepang sekitar 10% atau 240 ton dari produksi biji kopi olahan. Saat ini, pemerintah daerah kabupaten sedang mencoba prospek pemasaran ke prancis.
a.       Kehutanan
·         Propinsi Nusa Tenggara mempunyai areal kawasan hutan labih dari 1.808.981,21 Ha yang terdiri dari hutang lindung 713.216,97 Ha, hutan produksi tetap 423.357,03 Ha. Berdasarkan penyebaran hutannya, terlihat bahwa beberapa pulau besar seperti pulau lombok dan flores merupakan terbanyak terdapat hutan produksi. Produksi kayu cendana di provinsi Nusa Tenggara Timur selama tahun 2002 sebesar 261,26 ton yang berasal dari 5 kabupaten yaitu : sumba barat 50,02 ton, sumba timur 30,09 ton, timor tengah selatan 72,58 ton, timor tengah utara 17,10 ton, dan terbesar di belu 91,48 ton.
·         Produksi kayu jenis lainnya yang paling menonjol adalah kayu jati. Selama tahun 2002 produksinya mencapai sekitar 3,10 ribumeter kubik. Beberapa pulau di Nusa Tenggara juga meiliki kawasan hutan yang bervariasi seperti padang rumput (sabana) meliputi dataran timur, sumba bagian timur dan flores bagian timur. Hasil hutan berupa kayu anpupu (flores), kayu merah dan cendana (timur), jenis ini merupakan hasil hutan primer. Sedangkan hasil hutan sekunder terdiri dari pinus, jati, mahoni, albasia dan akasia. Hutan ini menghasilkan kayu untuk bahan bangunan guna kebutuhan lokal, manghasilkan madu dan lilin.
2.2.3 Peternakan
Sebagai salah satu gudang ternak di indonesia, peranan subsektor peternakan di provinsi ini adalah kedua terbesar setelah tanaman pangan. Populasi ternak besar diwilayah propinsi nusa tenggara timur pada tahun 2002 tercatat untuk sapi sebanyak 503.154 ekor, kerbau 132.497 ekor dan kuda 93.157 ekor. Untuk populasi sapi sebagian besar berada di kapupaten kupang dan kab timor tengah selatan, sementara untuk kerbau dan kuda sebagian besar berada di kab sumba barat, sumba timur, kupang, ngada dan manggarai.
Populasi ternak kecil yang menonjol di wilayah propinsi nusa tenggara adalah babi yakni tercatat sekitar 1,17 juta ekor pada tahun2002, disusul kambing 420,8 ibu ekor, dan terendah domba dengan populasi 55,6 ribu ekor. Untuk kelompok unggas, populasi ayam kampung tahun 2002 tercatat sekitar 9, 64 juta ekor yang sebagian besar berada di kabupaten kupang dan ende. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas andalan dari subsektor peternakan karana telah manjadi komoditas perdagangan antar pulau dengan peluang pasar cukup prospektif.
Dalam upaya meningkatkan peluang usaha peternakan terdapat paluang padang pengembalaan yang kualitas padangnya perlu ditingkatkan dalam upaya percepatan populasi ternak sapi dan ternak kecil. Hewan jenis unggas terdiri dari ayam dan itik. Wilayah nusa tenggara barat ikut mendorong perkembangan usaha komoditi ayam buras. Meningkat terutama untuk pasar lokal guna memenuhi kebutuhan rumah makan. Sedangkan hasil produsiayam jago untuk memenuhi kebutuhan pasar luar seperti bali da jawa timur kurang lebih mencapai 25.000 ekor per tahun. Produksi ternak itik digunakan untuk memenuhi pasar lokal dan bali, sedangkan produksi telur asin, yang merupakan salah satu komoditi unggulan NTB, umumnya untuk memenuhi permintaan pasar luar daerah NTB mencapai 25.000 butir per minggu, namun kemampuan mensuplai baru 50%. Wilayah peternakan terbesar di pulau timor, pulau sumba dan pulau flores.
Melalui penggunaan lahan yang tepat serta keadaan alam yang ada, maka kesesuaian lahan dan arah pengembangannya bagi lahan ternak dapat ditentukan. Luas lahan untuk sapi potong (termasuk kambing/domba) seluas 2.707.057 Ha. Kuda banyak dipelihara di sumba, flores dan timor. Kuda dipelihara untuk ditunggangi dan sebagai kuda beban saja. Setiap tahun puluhan ribu ekor yang di ekspor ke negara lain sebagai ternak-ternak potong.
2.2.4 Pertambangan
Peranan sektor pertambangan di dalam struktur ekonomi wilayah propinsi Nusa Tenggara terlihat masih kecil. Berdasrkan data PDRB 1999-2002 tercatat peranan sektor ini di dalam pembentukan nilai PDRB masih di bawah 1% atau rata-rata peranan tiap tahunnya 0,5%. Dilihat dari potensi geologisnya, sebenarnya di propinsi ini banyak mangandung bahan-bahan mineral yang terdiri dari bahan galian seperti : logam mulia, logam dasar besi dan galian industri seperti batu kapur, tanah liat, gypsum, pasir, silica, belerang, barit sesuai dengan jumlah dan kadarnya masing-masing.
Tetapi dari sumber daya pertambangan yang ada hanya beberapa mineral yang telah dieksploitasi. Beberapa jenis bahan tambang yang telah dilaksanakan penambangannya adalah batu kapur, tanah liat, logam mulia, mangan, barit, marmer, bahan galian C dan fosfat. Luas penggunaan lahan pertambangan untuk masing-masing lokasi dan hasil tambang adalah sebagai berikut :
-          Penambangan pasir, batu dan kerikil luas arealnya telah lebih dari mencapai 48 Ha
-          Penambangang batu kapur dan tanah liat seluas 17 Ha masing-masing di kab kupang seluas 15 Ha dan kab timor tengah selatan seluas 2 Ha.
-          Penambangan marmer di kab belu, kec malaka timur desa sanleo seluas 25 Ha.
-          Penambangan bahan galian phospat di kab timor tengah selatan. Kec amannuban Selatan 137 Ha.
Sistem penambangan yang dilakukan untuk bahan galian seperti pasir, batu, kerikil, batu kapur dan tanah liat adalah sistem terbuka, sedangkan untuk bahan penambangan batu kapur dan tanah liat, khususnya oleh PT. Semen Kupang dilakukan secara terbuka dan menggunakan alat berat. Ada 3 macam kegiatan penambangan yang dilakukan yaitu : kegiatan karya penambangan, kuasa penambangan dan penambangan oleh rakyat. Penambangan oleh rakyat biasnya terbatas pada bahan galian C, yang lokasinya tersebar dengan jumlah kecil. Lokasi penambangan mangan terletak di daerah Reo dan Cibal kab manggarai. Perusahaan yang mengeksploitasi adalah PT. Aneka Tambang dengan hasil yang di ekspor ke jepang sebagai teknik Grade.
Pada akhir tahun 1986 suatu kontrak kerja antara pemerintah republik indonesia dengan perusahaan patungan PT. Nusa Lontar Mining telah ditanda tangani untuk eksplorasi emas ephitermal di kab manggarai, ngada, ende, sikka, flores, timor dan alor. Kemudian pada tahun1987, menyusul suatu kontrak kerja serupa dengan PT. Flores Indah Mining di lokasi sebelah utara pulau Rinca kabupaten manggarai. Sebenarnya sektor pertambangan di wilayah propinsi nusa tenggara timur akan dapat berkembang sebagai sektor penting, apabila hasilnya sudah dapat berperan dalam meningkatkan derajat kesejahteraan, ditinjau dari tingkat pendapatan masyarakat daerah ini.
2.2.5 Pariwisata
Dengan keindahan alam yang dimilikinya, nusa tenggara menyuguhkan berbagai objek wisata yang menarik. Perkembangan pariwisata di Nusa Tenggara meliputi daerah pantai yaitu pantai sanur, pantai kuta, pantai padang bai, pantai candidasa, pantai pasir putih yang terletak di pulau objek wisata bahari tulamben memiliki pemandangan bawah laut yang indah dan alami dengan beragam ikan hias. Wilayah objek wisata bahari menyebar di kawasan bali selatan dan kupang. Selain pariwisata pantai, di bali juga terdapat objek wisata yang meiliki panorama alam yang indah. Misalnya danau batur yang terletak diantara pegunungan yaitu gunung batur yang berada bawah kintamani. Selain itu di beberapa pulau yang lain juga banyak banyak dimanfaatkan sebagai tempat wisata, misalnya di lombok yang pengembangan wilayahnya sebagaian besar disektor wisata pantai dan pegunungan rinjani. Bagi wilayah nusa tenggara timur, pariwisata dapat berlangsung dimana-mana.
Variasi alamiah dan kebudayaannya merupakan daya tarik yang berbeda satu dengan yang lain. Namun demikian di tempat-tempat tertentu dijumpai daya tarik khusus, yaitu objek-objek yang memiliki ciri khas yang unik dan merupakan pusat daya tarik karena alasan-alasan tertentu. Pusat-puast daya tarik ini memiliki skala yang berbeda-beda tergantung kepada tingkat keunikan dan juga jumlah serta jenis objek-objek wisata lain yang terletak dalam jangkauan jarak yang berdekatan, sehingga saling menunjang dalam menciptakan daya tarik bersama, membentuk suatu kawasan wisata atau satuan pengembangan pariwisata (SPP).
Kawasan-kawasan wisata atau satuan pengembangan pariwisata tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing, yang sesuai dengan daya tarik yang terdapatdi lokasi tersebut. Sektor pariwisata di wilayah propinsi nusa tenggara timur merupakan merupakan salah satu penghasil devisa non-migas yang potensial. Memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi salah satu tulang punggung pengembangan perekonomian wilayah propinsi nusa tenggara timur, karena ditunjang oleh sumber daya manusia (Human Resources), sumber alam (Natural Resources), sumber daya buatan yang beraneka ragam dan faktor keindahan lainnya.
Bila sektor non-migas ini berkembang dengan baik, akan merangsang dan mendorong pertumbuhan pembangunan setiap kabupaten/kota, pelestarian dan pemanfaatan potensi sumber daya alam dengan manusia dan kebudayaan serta meningkatkan devisa/pendapatan daerah. Disamping itu sektor ini mampu menumbuhkan sektor-sektor lainnya, seperti industri kerajinan rakyat, perluasan kesempatan kerja, agrowisata, pelayanan, jasa perhubungan, perdagangan, pengembangan budaya dan sebagainya.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kepulauan Nusa Tenggara terletak di Indonesia bagian tengah yang tersebar sepanjang 2.850 km dari barat ke timur (1150 49’ BT sampai 1340 54’ BT) dan 1.450 km dari utara ke selatan (2036’ LU sampai 110 LS). Kondisi fisik Nusa Tenggara sangat berbeda dengan kawasan lainnya di Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulauvulkanis dan rangkaian terumbu karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalamdi dunia.
Secara gelogi Nusa Tenggara berada pada busur banda. rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pulau-pulau di nusa tenggara terletak pada dua jalur gentiklinal, yang merupakan perluasan busur banda di sebelah barat. Geantitiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau romang, wetar, kambing, alor, pantar, lomblen, solor, adonara, flores, rinca, komodo, sumbawa, lombok dan bali. Kondisi geomorfologi yang bervariasi menyuguhkan adanya keanekaragaman jenis tanah dan adanya kawasan pesisir pantai yang berpotensi untuk daerah kehutanan, pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan dan pariwisata.

Saran

pada dasarnya, Nusa Tenggara Barat adalah sebuah propinsi yang memiliki potensi yang sangat baik. Kita tahu bahwa mulai dari ujung barat sampai ujung timur membentang sumber daya nan sangat eksotis dan masih perawan yang sangat berpotensi jika dikembangkan. Di sebelah barat kita tahu bahwa bali dan lombok adalah tanah sejuta pantai yang memesona dan diselilingi pegunungan yang indah. di bagian timur ada sumbawa memiliki potensi kuda beserta susunya yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Tidak lupa pulau komodo yang sering didatangi ilmuan dunia juga menambah kekayaan Nusa Tenggara. dari rangkaian kalimat diatas kita berharap, pemerintah Nusa Tenggara harus lebih serius dan konsisten dalam mendandani Propinsinya. Jika hal itu terjadi tak khayal bahwa Nusa Tenggara akan menjadi tambang berharga bagi dunia yang telah mengglobal ini.



DAFTAR PUSTAKA

Herlambang, Drs. Sudarno, M.Si, Dasar-dasar Geomorfologi Indonesia. (Online)
(http://www.bkmd.nttprov.go.id. Diakses 20 Oktober 2011)

Malang: IKIP Malang.Buranda, JP, M.Si. Geologi Indonesia. (Online)
(http://www.tempointeraktif.com. Diakses 20 Oktober 2011)

Malang: IKIP Malang.Darman, Herman dan Sidi, F. Hasan. 2000. The Geology of Indonesia. (Online)
(http://ms.wikipedia.org/wiki/Sumba. . Diakses 20 Oktober 2011)

Jakarta:Ikatan Ahli Geology Indonesia (IAGI).Verstappen, Herman Th. (Online)

Outline of The Geomorphology Of  Indonesia. (Online)

Jakarta: Applied Geomorphological Survey (AGS). (Online)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Flores. Diakses 20 Oktober 2011)

Ibrahim,G ; Subardjo; Sendjaja,P (2010), Tektonik dan Mineral di Indonesia. (Online)
(http://www.walhi.or.id/ bioregion/nt/bio_nt_prof/. Diakses 20 Oktober 2011)



0 komentar:

Posting Komentar